Santika Cirebon-hotel dengan nuansa rumah bangsawan

Hotel Santika Cirebon
Hotel Santika Cirebon

Tidak sampai dering ketiga telepon saya sudah diangkat oleh salah seorang pegawai Hotel Santika. Langsung saya sampaikan bahwa saya akan menginap di Santika Cirebon untuk dua malam, dengan ramah staff tersebut mengalihkan telepon untuk disambungkan ke bagian reservasi.

Karena perjalanan saya ke Cirebon baru akan dilaksanakan sekitar sebulan lagi, saya dipesan untuk kembali telepon Hotel di hari H, kebetulan jadwal kereta juga baru tiba di Cirebon pukul 10 malam, “mohon hubungi kami kembali untuk konfirmasi kedatangan ya bu, karena kami khawatir kamar akan di release apabila ibu belum check-in hingga pukul 5” kata staff reservasi.

Sampai di hari H, pukul 3 sore saya menelpon Hotel Santika untuk konfirmasi, saya sampaikan jadwal kedatangan saya, dan tanpa saya duga staff reservasi langsung menawarkan mobil jemputan. Setelah berhasil menepis rasa ge-er saya saya pun menolak dengan alasan teman saya sudah akan menjemput ke Stasiun.

Narsis di Lobby Hotel
Narsis di Lobby Hotel

Setibanya di Hotel saya langsung sibuk memperhatikan bagian depan hotel tersebut, sekilas nampak seperti bangunan bangsawan pada jaman dahulu. Tentunya karena saya tinggal di Ibukota dengan banyak bangunan bergaya “masa kini”nya, bagunan Hotel Santika ini cukup menarik.

Atap Lobby Santika Cirebon
Atap Lobby Santika Cirebon

Saya mendapatkan kamar superior dengan dua tempat tidur, perlu dicatat di sini bahwa Hotel Santika Cirebon memiliki kamar yang semuanya memiliki pool view, dan satu lagi yang saya suka adalah kamar di Hotel Santika berlantai kayu. Benar-benar serasa tinggal di rumah bangsawan jaman dahulu. 🙂

Superior Room Twin Bed
Superior Room Twin Bed

Paginya saya sarapan di Taman Sari Restaurant, restoran dengan dinding kaca yang terletak di samping kolam renang ini menawarkan banyak sekali menu-menu Indonesia, seperti soto ayam, bubur ayam, nasi jamblang, dan juga jajanan pasar seerti gethuk pun ada. Sebagai orang daerah yang cukup lama tinggal di kota, saya serasa pulang ke kampung halaman .:D

Taman Sari Restaurant
Taman Sari Restaurant

Hotel ini juga menyediakan fitness center dan spa, sayang karena jadwal padat saya hanya melihat-lihat saja tanpa sempat menjajal dua fasilitas tersebut. Ada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu pendopo yang terletak di antara lobby dan lounge. Dari yang disampaikan oleh receptionist, pendopo tersebut digunakan sebagai tempat “manggung” pelaku seni lokal, yang biasanya ada setiap minggu pagi. Kesenian lokal yang biasanya di tampilkan adalah Tarling atau gitar dan seruling, lengkap dengan penyanyi dan penabuh genderang yang menyanyikan lagu dengan nada riang namun makna lirik yang dalam mengenai kehidupan.

DSCN0416
Kolam Renang

Kebetulan saya suka berenang, dan memang di Hotel Santika Cirebon ini, spot yang paling bagus menurut saya ada di sekitar kolam renang, terdapat taman yang berada di samping kolam renang. Biasanya daerah taman tersebut digunakan untuk acara-acara spesial seperti resepsi pernikahan, ulang tahun, atau selebrasi lainnya. Bagi yang ingin berenang tapi takut tenggelam, jangan khawatir! ada penjaga kolam yang siap menolong seperti di film-film Baywatch 😀 atau kalau hanya ingin bersantai di pinggir kolam sambil berfoto narsis juga menyenangkan.

Setiap saya menginap di hotel, terutama hotel-hotel berbintang saya selalu ingin “menguji” staff-staffnya. Kali ini saya bertanya mulai dari receptionist, waiter, dan security mengenai pertanyaan yang sama, yaitu “apa saja tempat wisata dan kuliner yang bagus di daerah ini, seberapa jauh, dan bagaimana cara mencapainya”, dan saya mendapat jawaban yang tidak jauh berbeda dari satu staff dan staff lain, membuktikan pengetahuan mereka seimbang. hihihi

Tarling alias Gitar Seruling
Tarling alias Gitar Seruling

Mengenai keramahan layanan dan skill staff saya dapat memberikan nilai 9 dari 10, kemudian untuk cepatnya pelayanan saya memberikan nilai 8,5 dari 10, fasilitas kamar hotel termasuk kamar mandi & toilet saya berikan nilai 8 dari 10, fasilitas parkir 9 dari 10, fasilitas kolam renang gym & spa 8 dari 10, lokasi dan bangunan 9 dari 10, kualitas makanan 8 dari 10, overall nilai 8,5 dari 10. 🙂

Nah, pada saat check out saya masih mendapatkan bingkisan dari management Santika Cirebon (yeeeaaaaayy!!). Jadi kalau ditanya apakah saya akan menginap kembali di Hotel Santika Cirebon saya akan jawab IYA, apakah akan merekomendasikan hotel ini? tentu saja. Apakah kamu ingin membuktikan rekomendasi saya? 😀

Terima kasih Santika Cirebon!
Terima kasih Santika Cirebon!

Catatan :

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Santika Cirebon dapat klik di sini

Atau dapat juga mention ke @SantikaCirebon atau klik fan page facebook/Hotel-Santika-Cirebon

Foto-foto menarik silahkan intip ke galeri 🙂

 

Kawah Putih – Danau mistis nan cantik

Beberapa kali mengunjungi Bandung namun baru kali ini saya mengunjungi Kawah putih di daerah Ciwidey Bandung, Jawa Barat.


Danau air belerang ini berjarak sekitar 48km dari Kota Bandung, untuk perjalanan normal membutuhkan waktu sekitar 1 jam 40 menit, namun waktu tempuh saya sendiri hampir 3 jam lamanya karena jalanan padat.
Memasuki daerah Ciwidey suhu udara sudah terasa turun drastis, ditambah hujan yang mengakibatkan kabut tebal sepanjang perjalanan.

Jalan menuju Kawah Putih yang menanjak dan penuh kabut
kebayang film-film serial killer ga sih kalau lihat seperti ini? 😀

Makin dekat dengan tempat wisatanya, suasana makin terasa mistis, deretan pohon pinus tertutup kabut mengingatkan saya dengan scene-scene dalam film-film horor *hiiiiiyy*
Namun jangan khawatir, memasuki wilayah Perhutani, makin banyak wisatawan terlihat.

20131013-081814 PM.jpg
Memasuki pos bawah kawasan wisata Kawah Putih

Sesampainya di pintu masuk kawasan wisata, saya dan @wwulann teman yang mengantar saya kali ini memutuskan untuk memarkir mobil di pos bawah karena tiket masuk untuk mobil pribadi seharga IDR 50k, terlalu mahal untuk kami yang hanya berdua.
Setelah memarkir mobil, kami langsung menuju pos penjualan tiket angkutan PP menuju ke kawah Putih.

20131013-082146 PM.jpg
ini harga tiket per orang, bila bawa kendaraan sendiri ada tambahan biaya parkir yang lumayan mahal
20131013-082217 PM.jpg
terminal angkutan

Setelah membayar tiket PP seharga IDR28k kami menunggu angkutan orange yang akan mengantarkan kami menuju Kawah Putih, sambil menunggu angkutan penuh, wisatawan dapat berbelanja makanan dan minuman khas Ciwidey di pertokoan belakang terminal.
Tidak menunggu lama kami pun naik angkutan orange, selama perjalanan seingat saya sopir tidak pernah memasukkan persneling mobilnya sampai lebih dari gigi 1, yup jalanan menanjak tajam dan kabut sepanjang perjalanan lumayan membuat deg-degan.

20131013-082656 PM.jpg
angkot orange yang sudah dimodifikasi agar penumpang dapat menikmati sejuk kawasan Kawah Putih
20131013-082722 PM.jpg
menanjak, dingin dan berkabut.
20131013-082759 PM.jpg
tenang dan misterius
20131013-082833 PM.jpg
si ungu yang selalu setia menemani

Dan setelah perjalanan sekitar 20 menit sampailah kami di tempat tujuan. Masih dengan suasana berkabut saya sedikit khawatir tidak dapat menikmati pemandangan dengan leluasa sesampainya di Kawah. Tentunya begitu turun dari angkutan orange saya langsung mulai mengambil berbagai foto.

20131013-083412 PM.jpg
#posewajib
20131013-083436 PM.jpg
perhatikan tanda
20131013-083457 PM.jpg
semacam gerbang masuk ke area hutan, pada kayu terdapat tulisan dengan aksara kuno
20131013-083548 PM.jpg
si ungu ga kalah narsis

Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni anak tangga menuju kawah, melewati hutan yang dijaga oleh Perhutani. Karena saya berkunjung hari Jumat, tempat wisata tidak terlalu ramai. Menguntunkan bagi saya yang ingin leluasa mengambil gambar. 😀

20131013-083853 PM.jpg
ini nih @wwulann sopir nan baik hati yang mengantarkan saya jalan-jalan
20131013-083915 PM.jpg
kawasan hutan Cantigi
20131013-083938 PM.jpg
Danau dengan air kehijauan sudah mulai terlihat
20131013-084008 PM.jpg
jangan coba-coba melanggar 🙂
20131013-084036 PM.jpg
patuhi segala rambu-rambu

Meskipun air di kawah Putih terlihat kehijauan, jangan pernah mencoba untuk terjun ke dalamnya karena air Kawah Putih mengandung belerang yang cukup tinggi. Tanahnya yang putih berpadu dengan air belerang menghasilkan warna kehijauan yang indah. Beruntung sampai di bawah kabut yang tadinya tebal perlahan menghilang, meskipun begitu tetap tidak dapat mengurangi suasana mistis yang saya rasakan.

20131013-084420 PM.jpg
cantik bukan?
20131013-084449 PM.jpg
bau belerang sudah mulai menyengat
20131013-084512 PM.jpg
banyak wisatawan dari malaysia, Singapura, China dan Korea yang kesini
20131013-084531 PM.jpg
tanpa filter maupun edit digital
20131013-084603 PM.jpg
nuansa mistisnya terasa
20131013-084632 PM.jpg
jalan di dekat Gua Belanda

Kawasan ini pertama kali tercatat dalam sejarah tahun sekitar tahun 1800an oleh peneliti Belanda, hingga akhirnya dikuasai Jepang paska perang Dunia II, tak heran ada Goa Belanda yang terlarang untuk dimasuki karena penuh dengan gas beracun.

20131013-084931 PM.jpg
BELANDA SUDAH DEKAT!
20131013-085002 PM.jpg
ini mungkin yang dikatakan sebatang kara
20131013-085039 PM.jpg
duh, yang sedang jatuh cinta memang merasa dunia hanya milik mereka
20131013-085115 PM.jpg
stunning

Setelah sekitar satu setengah jam berkeliling dan mengambil gambar, saya memutuskan kembali karena kabut mulai turun. Cukup sudah menikmati si mistis nan cantik ini. 🙂

Sedikit tips : karena gas belerang cukup menyengat, persiapkan masker / sapu tangan sebagai pelindung hidung. Di tempat wisata banyak yang menyediakan, namun harganya sedikit mahal.

20131013-085541 PM.jpg
posko Perhutani

Malioboro Jogjakarta – sepenggal kisah becak dan ibu tua

Beberapa minggu lalu saya punya sedikit waktu untuk mengunjungi Jogja.
Tempat yang terasa seperti Rumah Kedua ini tidak pernah bosan saya kunjungi.
Meskipun begitu selalu ada hal baru yang saya dapatkan.

Berniat mencari sesuap nasi sebagai pengganjal perut pagi hari, saya berjalan di sekitar penginapan yang saya sewa. Penginapan saya di daerah jl. Dagen, Malioboro.
Sepanjang jl. dagen banyak sekali penginapan-penginapan bertarif murah dengan biaya sewa antara IDR 100k-300k. Lokasinya cukup rapi dan cukup membuat saya nyaman untuk berjalan kaki pagi itu.

20130922-072006 PM.jpg

20130922-072103 PM.jpg

20130922-072121 PM.jpg

Saya terus berjalan hingga menjumpai gerobak soto pinggir jalan, penjualnya ibu-ibu tua, mungkin umurnya sekitar 60 tahun. Dengan wajah ikhlas menawarkan saya semangkuk soto dengan telur separuh dan teh manis hangat seharga IDR 9k saja.

20130922-072413 PM.jpg
Sambil menikmati soto lezat itu, saya kemudian bertanya pada si ibu,
“Ibu sudah lama berjualan di sini?”
sudah lama sekali nak
“Lalu siapa yang membantu ibu membawa gerobak besar ini setiap pagi?”
ada, anak saya yang paling kecil
“Berapa umur anaknya bu?”
25 nak, tapi belum mau menikah… Padahal kakak-kakaknya sudah punya anak semua
Sambil tersenyum saya balas
“Santai bu, umur 25 masih muda, biasanya masih senang-senangnya bekerja, anak ibu yang terakhir putra / putri?”
laki-laki, dua kakaknya wanita. Yah biarlah namanya anak penginnya kemana, kalau ibu paksa nikah juga belum tentu barokah

20130922-073003 PM.jpg
Saya kemudian tersenyum kembali dan menghabiskan sisa nasi soto buatan si ibu.
Semangkuk soto pinggir jalan yang lezat, ditambah bumbu cerita dan kecap harapan dari si ibu telah menyempurnakan pagi saya saat itu. Terima kasih Tuhan Maha Baik.

20130922-073250 PM.jpg

Selesai makan saya melanjutkan jalan kaki, namun karena ingin melihat lebih banyak lagi dengan waktu yang terbatas akhirnya saya memutuskan untuk menyewa sebuah becak untuk mengantarkan saya berkeliling.

Pertama saya menjumpai becak dan pemiliknya yang sedang menunggu pelanggan, nampak memikirkan sesuatu yang lebih besar dari becaknya sendiri.

20130922-073606 PM.jpg

apakah yang kau lihat kosong padahal sebenarnya sangat penuh?

20130922-073707 PM.jpg

20130922-075255 PM.jpg

20130922-075307 PM.jpg

dan benarkah apa yang kamu lalui sudah cukup berat?

20130922-073908 PM.jpg

berapa banyak kau menghitung kesempatan?
Apakah harus kau tunggu selayaknya deretan becak kosong?

20130922-074039 PM.jpg

20130922-074055 PM.jpg

20130922-074115 PM.jpg

20130922-075411 PM.jpg

menyerahkan diri kepada roda, beristirahatlah sejenak si unguku 🙂

20130922-074303 PM.jpg

hey lihat ada kereta kuda! Mari kita tengok Cinderela

20130922-074419 PM.jpg

ah tentu saja, ini Malioboro yang melegenda

20130922-074550 PM.jpg

tempat yang menggoda, mungkin lain kali duhai Penjaga

20130922-074707 PM.jpg

tak akan kurang untuk ekspresi imaji

20130922-074826 PM.jpg

seorang anak menunggu dengan setia ayahnya yang bekerja. Adek kecil, besok kalau besar ingin jadi apa?

20130922-074929 PM.jpg

Akhirnya, sampailah satu putaran saya. Terima kasih bapak pengayuh becak. Teruslah menggerakkan rodamu.

20130922-075054 PM.jpg

Cokro Tulung : harta karun dari dasar sungai

“I don’t believe in failure. It is not failure if you enjoyed the process”-Oprah Winfrey

Kegagalan dalam usaha menikmati pasir putih dan jernih air laut tidak membuat saya dan teman seperjalanan menyerah. Kami tetap melanjutkan perjalanan meski harus berubah arah.
Karena tidak jadi ke Karimun Jawa seperti cerita sebelumnya ,akhirnya saya memutuskan pergi ke Jogja dan Klaten.
Nah kali ini saya pergi ke Mata Air Cokro Tulung atau sering juga disebut dengan Umbul Ingas. Mata air ini merupakan salah satu tujuan wisata favorit masyarakat di daerah Klaten dan sekitarnya.
Saya sendiri sebenarnya tidak asing dengan daerah ini karena ayah lahir di Klaten, waktu kecil kami sekeluarga pernah menikmati segarnya air yang juga dijual oleh perusahaan air mineral besar di Indonesia.
Sebelum memasuki daerah pemandian, pengunjung harus melewati jembatan gantung terlebih dahulu.

20130914-051418 PM.jpg
Jembatan gantung menuju pemandian

Tentu saja, jembatan gantung ini tidak akan gue lewatkan begitu saja tanpa berfoto narsis.

20130914-051806 PM.jpg
jump shoot

20130914-051908 PM.jpg
bersama teman Pilot (yang takut air dingin) 😀
20130914-051936 PM.jpg
#indonesiabanget #merahputih
20130914-051958 PM.jpg
sedikit miring, namanya juga jembatan goyang pasti banyak miring-miringnya 😀

Tempatnya sebenarnya sangat sederhana, hanya seperti sungai yang dibendung dengan kedalaman kira-kira 80cm,di pinggiran sungai / pemandian tersebut terdapat pohon-pohon rindang yang membuat sungai makin sejuk, juga banyak pedagang yang menyewakan tikar dan menyediakan makanan & minuman bagi pengunjung.

20130914-052107 PM.jpg
dipayungi pohon-pohon rindang

Setelah bersantai dengan tiduran di bawah pohon, akhirnya gue masuk juga ke sungai / pemandian tersebut.

20130914-052340 PM.jpg
kali ini telanjang tanpa si ungu
20130914-052359 PM.jpg
mana lagi coba kolam yang memiliki air sejernih ini

Air yang sangat jernih dan cukup dingin itu mampu buat badan gw gemeteran kedinginan, tapi dingin itu langsung terlupakan saat gue mulai jepra-jepret dengan underwater camera ,ga disangka, pemandangan dari dasar sungai benar-benar indah.

20130914-052651 PM.jpg
menyelam bagai perenang proffessional 😀
20130914-052718 PM.jpg
ini berenang atau terbang?
20130914-052746 PM.jpg
warna dari dasar sungainya menakjubkan
20130914-052830 PM.jpg
bagai di aquarium bukan?
20130914-052910 PM.jpg
double dive
20130914-052942 PM.jpg
jangan lupa ambil nafas 😀
20130914-053008 PM.jpg
menyelam lebih dalam

Disarankan bagi yang ingin mengabadikan keindahan dasar sungai Cokro Tulung untuk membawa underwater camera atau underwater case buat smartphone, tidak disarankan menggunakan smartphone yang dibungkus plastik es (karena pernah ada yang mencobanya dan bocor) 😀
Singkat cerita, kegagalan ternyata membawa saya kepada keindahan lain. Selama kita masih berusaha dan menikmati apa yang ada, maka tak perlu khawatir. 🙂

Lombok Selatan : surga tersembunyi

Perjalanan saya dari Gili Trawangan menuju Lombok Selatan memakan waktu kurang lebih 3,5 jam dengan boat ditambah mobil sewaan.

Sewaktu memasuki wilayah pantai Kuta, yang saya lihat dari tempat ini adalah kesederhanaan.
Belum ada cafe atau diskotek dengan bangunan modern, bahkan saya jarang menjumpai hotel-hotel mewah di sepanjang jalan. Berbeda dengan kawasan pantai Senggigi yang sudah banyak “dipercantik”, kawasan Lombok Selatan masih menawarkan keluguannya sebagai tujuan wisata.

20130316-024406 PM.jpg
kamar kami di Hotel Astura, Lombok

Saya menginap di Tastura Hotel, persis di depan pantai Kuta dengan tarif IDR350k/ malam. Hotel dengan bangunan yang bergaya tahun 70-an tersebut mempunyai taman yang sangat luas dan kamar mandi denan atap terbuka. Benar-benar terasa suasana pedesaanya.

Begitu sampai kami langsung menyewa motor dengan tarif IDR50k/ hari dan langsung berkeliling pantai di sepanjang pesisir Lombok Selatan hingga Lombok Tengah.
Terdapat beberapa pantai indah yang masih sangat sepi dengan pasir putih, ombak yang tenang dan warna laut hijau kebiruan, saya seperti melihat surga tersembunyi sepanjang perjalanan menyusuri pantai. Beberapa pantai yang kami kunjungi seperti Pantai Kuta, Pantai Aan, Pantai Kotak, Pantai Seger, dan juga pantai Gerupuk. Untuk pantai yang terakhir, merupakan pantai favorit wisatawan yang ingin berselancar karena ombaknya.

20130316-024710 PM.jpg
pohon ini bagai di cerita Alice inwonderland

Setelah lelah berkeliling Pantai, saya kemudian bersantai sambil menikmati makanan dan minuman disalah satu kafe yang banyak berjajar sepanjang Pantai Kuta.

20130316-024911 PM.jpg
pasir putih di pantai Kotak

Tak selang berapa lama, beberapa teman turis asing yang satu mobil dengan kami sejak perjalanan dari Gili ikut bergabung, kami kemudian saling bertukar cerita mengenai pengalaman traveling masing-masing hingga malam.
Malamnya kami makan malam di sebuah warung nasi goreng Jawa. Yang menarik dari warung ini adalah : meskipun warungya tradisional dan seperti warung nasi goreng yang biasa terdapat di kampung-kampung, tapi 90% pengunjungnya adalah turis asing. Bahkan hanya saya dan satu orang teman yang merupakan orang Indonesia di warung tersebut.
Di Lombok Selatan, lebih banyak guest house (dengan harga mulai IDR80k-IDR150k) dan warung tradisional daripada Hotel berbintang. Setahu saya hanya Hotel Novotel satu-satunya Hotel berbintang yang berada di tempat tersebut. Wisatawan Asing yang kebanyakan merupakan backpacker juga lebih suka tinggal di guest house dengan alasan mengirit budget. Satu yang sangat terkenal adalah Banana Guest House.
Selama berkeliling Lombok Selatan saya lebih sering berjumpa dengan turis asing daripada wisatawan lokal dari dalam negeri.
Malam setelah makan malam, saya dan dua backpaker dari Norwegia dan UK melanjutkan mengobrol di salah satu bar di Kuta, namun jangan harap akan bisa nongkrong sampai pagi di Bar tersebut, karena rata-rata bar dan cafe hanya buka hingga pukul 11 malam.

20130316-025334 PM.jpg
Kolam renang hotel

foto-foto lain silahkan lihat di galeri 🙂

Gili Trawangan : Negara Pesta Mimpi

20130312-113428 PM.jpg
ini salah satu sudut dermaga Bangsal, air mineral galon dan tabung gas siap diangkut

Meski masih sedikit kesal setelah mendapatkan scam pada awal perjalanan kapal, tidak berselang lama setelah itu saya pun terhibur oleh indahnya pemandangan selama berada di atas kapal. Hamparan biru laut dengan ombak yang cukup tenang, ditambah dengan deretan bukit dari pulau-pulau di sekitar memanjakan mata saya selama kurang lebih 30 menit penyebrangan.

20130312-113556 PM.jpg
di dalam kapal menuju Gili Trawangan

Sesampainya di Pelabuhan Gili Trawangan saya tak bisa menahan diri untuk segera mengambil foto pemandangan dari pantai.

20130312-113705 PM.jpg
Dermaga Gili Trawangan

Apabila belum sempat booked hotel, di Pelabuhan banyak sekali calo dan makelar villa yang menawarkan tempat mengunap dengan harga bervariasi, mulai dari IDR250k- IDR1200k dapat mereka sediakan.

20130312-113855 PM.jpg
teras Hotel kami
20130312-114043 PM.jpg
pemandangan kolam renang dari hotel

Saya sudah memesan hotel di The Beach House dengan tarif IDR550K per malamnya.

20130312-113932 PM.jpg
Standard Room

Dengan mengendarai cidomo, saya menuju hotel yang berada di daerah timur pantai. Hal menarik sengan cidomo yang saya tumpangi adalah si Noah, kusir bule yang mengantarkan saya. Bukan kusir betulan, hanya anak dari salah seorang pengusaha ekspatriat yang membuka butik di Gili Trawangan.

20130312-113747 PM.jpg
Noah kusir kecil kami
20130312-113959 PM.jpg
berfoto dulu dengan Noah

Gili bagi saya seperti sebuah Negara Mimpi, dimana semua orang bebas (dan disarankan) untuk berpesta, berpetualang, bersantai, dan makan sekenyangnya. Daerah yang dipadati wisatawan mancanegara itupun sudah seperti bukan sedang berada di Indonesia.

20130312-114329 PM.jpg
bersantai di pinggir pantai (padahal niatnya mau foto si bule mirip David Beckham :D)
20130312-114606 PM.jpg
Restoran tepi laut di depan hotel kami

Untuk berkeliling Gili saya menyewa sepeda dengan tarif IDR50k per hari, banyak hal yang dapat saya lakukan dalam waktu sehari; mampir di berbagai cafe sambil berkenalan dengan wisatawan lain, mencicipi gelato Gili, spa, berkeliling pulau-pulau dengan kapal, snorkeling, diving, atau sekedar main kano.

20130312-114435 PM.jpg
life of Vi
20130312-114301 PM.jpg
bersantai sambil melihat wisatawan snorkeling

Pada malam hari di beberapa kafe dan bar menyelenggarakan pesta hingga pagi. Dan karena sudah seperti Negara Mimpi, berbagai pesta gila terjadi setiap hari.
Tak sedikit yang menawarkan ganja, mushroom, hingga obat-obatan terlarang selama berpesta. Dan karena ini merupakan Negara Pesta dan mimpi, maka hal tersebut terlihat biasa.

20130313-035444 PM.jpg
meikmati ‘lalu lintas’ air yang padat
20130312-114134 PM.jpg
Jus nanas segar di salah satu Cafe

Penduduk lokal Gili juga sangat menyukai Wanita-wanita dari pulau Jawa, terutama Sunda. Selama saya disana beberapa kali penduduk lokal bertanya kepada saya apakah saya orang sunda, dan setelah saya jawab tidak, sepertinya mereka sedikit kecewa. Haha.

20130312-114632 PM.jpg
kemilau air, pegunugan dan kepulauan
20130312-114709 PM.jpg
kembali ke Lombok
20130312-114210 PM.jpg
perpaduan warna langit, awan dan airnya buat ternganga ya

20130312-114653 PM.jpg

20130312-114407 PM.jpg

20130313-035138 PM.jpg
bye Gili! see you soon

Dermaga Bangsal Lombok : waspada penipuan tiket dalam perjalanan.

Perjalanan saya ke Gili Trawangan dapat dikatakan tidak terlalu mulus.
Di awal perjalanan saya menyewa mobil dan sopir yang saya temui pada malam sebelumnya, setelah setuju dengan harga sewa mobil termasuk bensin sebesar IDR 250k, si bapak langsung menjemput ke hotel.
Perjalanan dari Praya menuju dermaga kapal di Bangsal kurang lebih berjarak 49km dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 45 menit. Selama perjalanan saya sampai memaksa mata untuk terus terbuka lebar karena setiap titik yang saya lewati selalu dipenuhi pemandangan indah, mulai hamparan sawah, perbukitan hingga pesisir pantai sepanjang Mataram – Senggigi – Bangsal.
Sampai di Bangsal kami naik cidomo (kereta kuda) ke tempat penjualan tiket kapal. Kami pun langsung menanyakan tiket yang tersedia untuk kapal biasa dengan harga tiket IDR10k.
Petugas tiket menyampaikan bahwa kapal biasa baru kami saja calon penumpangnya, padahal kapal publik harus berisi 30-40 orang sekali jalan. Kami pun disarankan untuk menyewa kapal pribadi seharga IDR 400k / orang.
Karena terlalu mahal kami tidak mau mengambil paket tersebut, dan setelah tawar menawar akhirnya si penjual tiket menawarkan paket antar jemput PP dari Bangsal-Gili Trawangan dan Gili Trawangan-Kuta sebesar IDR300k.
Kata si penjual, kapal tersebut merupakan kapal sewaan pribadi. Karena sudah pukul 12 siang akhirnya kamipun setuju.
Begitu naik ke kapal kami baru sadar bahwa kami terkena scam oleh penjual tiket. Kapal yang kami tumpangi menuju Gili Trawangan ternyata kapal publik biasa yang seharusnya harga tiketnya IDR10k, dan karena tiket pulang Gili-Kuta IDR 200k, maka kami membayar IDR100k untuk tiket kapal Bangsal-Gili yang seharusnya seharga IDR10k. Antara jengkel dan pasrah kami melanjutkan perjalanan.
Tips : apabila hendak ke Gili dari Bangsal, sebaiknya cek terlebih dahulu kondisi dermaga, apabila perlu beli tiket saat akan naik kapal saja, jangan membeli tiket sebelum tahu benar kondisi kapal yang akan berangkat.
Akan lebih baik berangkat lebih awal (sekitar pukul 8 pagi) karena pada pagi hari kapal-kapal yang menuju Gili masih banyak.

Praya Lombok, si “Gadis malu-malu”

Kedatangan saya di Bandara Praya, Lombok Tengah disambut gerimis pada malam hari. Bandara yang mulai beroperasi sejak tahun 2011 ini tidak terlalu besar, namun cukup untuk sebuah penerbangan internasional.
Keluar dari pintu kedatangan, saya langsung dikerumuni oleh para calo tiket dan orang-orang yang menawarkan paket tour selama di Lombok, sembari menunggu jemputan dari Hotel, saya iseng-iseng bertanya tarif untuk antar jemput selama perjalanan hingga akhirnya mencatat nomor telp salah satu pengemudi untuk nanti apabila saya butuh transportasi.
Berselang beberapa menit penjemput dari hotel datang, dengan sedikit geli saya memerhatikan si Bapak penjemput yang datang menjemput tamu hanya berpakaian sarung dan jaket. Setelah beberapa langkah menuju tempat parkir mobil, saya kemudian mengerti, bahwa sarung di kota ini merupakan pakaian casual mereka. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya orang yang berlalu lalang di bandara hanya dengan memakai sarung dan kaos.
Saya menginap di Hotel Grand Royal Praya, satu-satunya hotel terdekat dari bandara, hanya berjarak kurang lebih 3km dengan waktu tempuh sekitar 7-10 menit perjalanan menggunakan mobil.
Kota Praya pada pukul 10.30 malam waktu setempat sudah seperti kota mati, hampir tak ada kendaraan berlalu lalang maupun toko atau tempat hiburan yang buka, mungkin karena tempat ini baru mulai “menggeliat” dalam hal pariwisata. Padahal kalau dilihat kotanya cukup cantik, hotel yang saya tempati juga cukup bagus dengan rate IDR509k per malam, kalau diibaratkan kota Praya ini seperti gadis desa cantik yang masih malu-malu untuk menunjukan pesonanya.
Sayapun kemudian beristirahat untuk kemudian bersiap menuju Gili pagi harinya.

Foto-foto silahkan di lihat pada galeri.

Perjalanan 3 kota – Bukittinggi

Akhirnya sampailah kami di kota tujuan utama perjalanan kami, Bukittinggi.
Kami tiba malam hari, setelah sebelumnya sempat mencicipi jagung manis F1 di daerah Koto Baru Batu Hampar.
Ada beberapa tempat yang kami kunjungi di Bukittinggi sebagai berikut :
1. Jam Gadang
Tentunya belum disebut berkunjung ke Bukittingi apabila belum menengok secara langsung Jam yang jadi Kebanggaan Kota Bukittinggi. Jam berukuran raksasa yang selalu berbunyi setiap 60 menit ini cukup menarik perhatian pengunjung untuk diambil fotonya.

20130224-082942 PM.jpg
Seperti tempat wisata lain di negeri ini, tentunya akan banyak pedagang yang menggelar dagangan di sekitar. Sangat menguntungkan apabila tidak punya banyak waktu untuk berbelanja di pasar wisata.
Selebihnya katena sudah larut malam, kami hanya sempat makan di salah satu tempat makan unik bercat orange bernama Hau’s Tea. Sayangnya karena sudah terlalu lapar, saya tak sempat mengambik foto restorannya.
20130224-083326 PM.jpg
2. Lobang Jepang.
Pagi harinya kami berkeliling dengan berjalan kaki, lokasi yang kami lewati pertama kali adalah Lobang Jepang.
Gua buatan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang ini dahulu dimanfaatkan sebagai benteng dan tempat persembunyian tentara Jepang. Saya hanya mengambil foto dari sisi luar karena harus bergegas menuju Ngarai Sianok.
3. Ngarai Sianok.
Ngarai atau lembah Sianok, salah satu tempat yang membuat saya kagum karena alamnya. Sepanjang mata memandang saya melihat tembok-tembok raksasa dari batuan yang mengelilingi sungai. Lokasi tersebut juga sering dimanfaatkan untuk lomba off road.
Di Ngarai Sianok juga terdapat objek wisata baru bernama Janjang Koto Gadang atau The Great Wall of Koto Gadang, bangunan yang menyerupai tembok besar Cina ini memikat banyak pengunjung termasuk pengunjung warga Bukittinggi sendiri. Sayangnya karena untuk menuju tempat tersebut kami harus lewati antrian panjang melewati Jembatan Gantung, maka kami mengalihkan perjalanan dengan tracking di sepanjang sungai yang tak kalah serunya.
3. Taruko Cafe Resto
Cafe yang terletak di tengah-tengah lembah ini menawarkan bukan hanya pemandangan yang indah, namun juga makanan -makanan lezat dengan harga sangat terjangkau. Apabila baru pertama kali ke Bukittinggi, sebaiknya menghubungi tour guide untuk datang ke tempat ini. Karena selain lokasinya yang masuk ke dalam, tak ada penunjuk jalan ke tempat tersebut.
4. Fort de Kock
Kurang yakin apakah saya menuliskan nama benteng ini dengan tepat, namun benteng penginggalan Belanja yang dahulu digunakan untuk menara pengawas ini akan sangat sayang untuk dilewatkan. Pemandangan dari benteng ini sangat menawan, bisa melihat separuh kota Bukittinggi, ditambah lokasinya yang dekat dengan Kebun Binatang kota, jadi sekali dayung dua tempat dijalani.
5. Pasar Wisata
Tidak usah saya jelaskan lebih lanjut, bagi yang ingin berbelanja oleh-oleh Bukittinggi, disinlah tempatnya.
6. Museum Moh. Hatta
Siapa yang tak kenal proklamator RI kelahiran Bukittinggi ini? Bagi yang ingin napak tilas ke kediaman beliau, dapat singgah ke Museum Moh. Hatta ini.

Mengitari Bukittinggi cukup dengan berjalan kaki, selain lebih sehat, akan banyak pemandangan dapat tereksplor.
Untuk masalah makanan, tentunya semua sudah mengamini betapa lezatnya makanan Padang. Namun jangan khawatir, bagi yang ingin menu selain masakan Padang, akan banyak tempat makan yang dapat dijumpai, dengan harga terjangkau tentunya. 20130224-090516 PM.jpg20130224-090500 PM.jpg20130224-090633 PM.jpg20130225-011517 AM.jpg20130225-011542 AM.jpg20130224-090403 PM.jpg20130224-090540 PM.jpg20130225-011229 AM.jpg20130224-090922 PM.jpg20130225-011313 AM.jpg20130225-011350 AM.jpg20130225-011500 AM.jpg20130225-071735 AM.jpg20130225-071809 AM.jpg20130225-072144 AM.jpg20130225-072031 AM.jpg20130225-071941 AM.jpg20130225-072014 AM.jpg20130225-072057 AM.jpg20130225-073633 AM.jpg20130225-073650 AM.jpg20130225-073722 AM.jpg20130225-073817 AM.jpg20130225-073905 AM.jpg20130225-074027 AM.jpg20130225-074105 AM.jpg20130225-074038 AM.jpg20130225-074051 AM.jpg

20130225-075008 AM.jpg

20130225-075030 AM.jpg

20130225-075019 AM.jpg

20130225-075107 AM.jpg

Perjalanan 3 kota – (tambahan kota) Payakumbuh

Rencana perjalanan berubah, tadinya kami berencana akan langsung berangkat ke Bukittinggi tanpa menginap di Pekanbaru, namun teman kami penduduk Pekanbaru memberi saran lebih baik melakukan perjalanan darat pada siang hari karena pemandangan akan dapat dinikmati apabila hari terang. Kami menurut dan memutuskan tinggal lebih lama di Kota Pekanbaru.
Kami menginap di sebuah keluarga unik, ayah teman kami orang Medan dari suku Batak, Ibu asli Riau, kakak ipar dan calon suaminya orang Jawa sedangkan teman saya walau kelahiran Riau, namun sedari sekolah hingga lulus ada di Jawa Tengah. Akulturasi budaya terjadi di sebuah keluarga kecil.
Kebetulan satu keluarga juga hobi backpacker, sang ayah bahkan sudah sampai ke Cina berangkat dari Riau menggunakan jalur darat dan laut. Jadilah kami sangat menikmati menginap disana.
Paginya kami naik travel menuju Bukittinggi, kebetulan ada teman yang menawarkan untuk mampir di kafe barunya di Payakumbuh, lagi-lagi rencana berubah, ada tambahan kota baru untuk dikunjungi : Payakumbuh.

Selama perjalanan kami menikmati jalanan pegunungan yang berkelok, sembari sesekali melepaskan pandangan ke sungai besar di tepi jalan.
Yang saya herankan disini adalah tidak adanya bus executive untuk jalur Pekanbaru -Padang, padahal kondisi jalan memungkinkan untuk dilewati oleh bus executive, begitu pula penumpang yang cenderung lumayan banyak. Saya tentunya akan lebih nyaman melakukan perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 6 jam menggunakan bus executive daripada mobil pribadi yang disewakan untuk mengangkut kami.
Sampai di Payakumbuh kami diantar teman ke satu lokasi wisata bernama Sangau Indah. Sangau berarti gua, gua yang pernah menjadi benteng pertahanan Jepang pada masa penjajahan tersebut kini digunakan sebagai salah satu andalan wisata kota Payakumbuh.
Selain untuk tempat wisata, gua ini digunakan juga untuk beternak walet.
Tidak habis sampai disitu, daerah sekitar Sangau Indah menawarkan pemandangan khas perbukitan yang indah.

Tertarik datang ke Payakumbuh? 🙂

20130223-064649 PM.jpg

20130223-064728 PM.jpg

20130223-064754 PM.jpg

20130223-064816 PM.jpg

20130223-064830 PM.jpg

20130223-064843 PM.jpg

20130223-064915 PM.jpg

20130223-064941 PM.jpg

20130223-064958 PM.jpg

20130223-065023 PM.jpg

20130223-065039 PM.jpg

20130223-065101 PM.jpg

20130223-065116 PM.jpg

20130223-065138 PM.jpg

20130223-065157 PM.jpg

20130223-065227 PM.jpg

20130223-065242 PM.jpg

20130223-065254 PM.jpg

20130223-065320 PM.jpg

20130223-065215 PM.jpg

Follow

Get every new post delivered to your Inbox

Join other followers: