George Town : Kota Metropolitan dan Surga Makanan

Pagi pertama saya di George Town, dan saya langsung jatuh cinta dengan kota ini. Bangunan-bangunan tua, kota yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi, jalanan yang bersih dan makanan murah nan lezat kota ini berhasil memikat saya untuk terus berjalan mengitari kota.

Tapi sebelum jauh berkeliling, siapa sih George itu sendiri? George Town diambil dari nama Raja Inggris King George III, raja yang sedang berkuasa saat kota ini ditemukan Oleh Francis Light seorang bussiness man Inggris pada abad 17.
Pilihan untuk tinggal di Jalan Love Lane sekitar Lebuh Cheulia memang tepat, karena daerah ini merupakan perkotaan dan jalan utama di George Town pada abad 17 hingga 18, tak heran banyak sekali bangunan-bangunan disini yang bernuansa Eropa.

Bangunan tua di Chinatown George Town

Perjalanan kami awali dengan berjalan kaki dari hostel berkeliling China Town dan Litte India. saya sempat mampir di salah satu toko jual HP dan Simcard biar tetap eksis selama berkeliling George Town selama 2,5 hari ini.

Gereja Tua di salah satu sudut George Town

Penjaga (dan sepertinya) juga pemilik toko seorang bersuku India, waktu lihat passport saya buat pendaftaran SIM Card dia bilang “you have a lovely name, Noveina” saya sempet ke-GeeRan dengan berpikir si bapak-bapak India ini nyepik gue, tapi ternyata dese beneran kagum dengan nama gue yang dia sebut “Noveine Ewa” *hening*
Kemudian si bapak ini ternyata tertarik dengan Indonesia dan mengajukan beberapa pertanyaan seperti :
Bapak : Where you come from? University?
saya : yes,
Bapak : oh, that’s why your English is good, you speak Emglish
saya  : *bingung jawab apa* hehe.. Thanks
Bapak : Jakarta is like KL right?
saya : yea you can say it so
Bapak : it that the cost liveing in Jakarta Expensive?
saya : iya pak, mahal banget
Bapak : how much is Indonesian people salary?
saya : lah apa pula ini kok nanya gaji, gue jawab rentangnya aja
Bapak : then how much is your salary?
saya : ya segitu deh pak
Bapak : if in average people salary in Indonesia were high, then why so many people come to Malaysia as a worker (maksudnya babu kali, tapi ga enak ama gw)
saya : eng…. *mikir gimana. Jelasin dengan cara singkat) mungkin karena mereka ga sekolah bla bla bla
Dan pembicaraan terus berlangsung sampai setengah jam lebih membicarakan pendidikan dan kesejahteraan Indonesia-Malaysia, hihi. Bagaimana pun si bapak itu baik.

Wall Art yang dibuat oleh UNESCO, bercerita mengenai asal muasal nama jalan.
Rumah Bangsawan Cina jaman dahulu, sekarang digunakan untuk museum.

Perjalanan gue lanjutkan ke terminal bus di Penang buat menuju ke Bukit Bendera, setelah menunggu sejam, akhirnya bus 204 yang kami tunggu datang.

Sampai di kawasan Bukit Bendera atau Penang Hill, kami langsung menyerbu tempat makan dan memesan banyak makanan dengan membabi buta. Harus gue akui Penang ini merupakan surga makanan.

Sebelum naik ke Penang Hill, gue menyempatkan diri ke Kek Lok Si Temple, kuil Budha terbesar di Penang.
Kalau stamina kuat, bisa naik hingga lantai paling atas Menara dan melihat lansekap Air Itam dari atas.

Salah satu sudut dari atas menara, dari atas dapat melihat kota George Town

Puas foto-foto, kami lalu menuju Penang Hill atau Bukit Bendera dengan naik kereta hidrolik canggih (yang kayanya seperti kereta menuju Victoria’s peak di HK).
Sampai di atas bukit, gue baru sadar benar bahwa George Town ini merupakan kota Metropolitan dengan gedung-gedung tinggi, dengan jembatan terpanjang se-Asia yang menghubungkan Pulau Penang dengan daerah Malaysia Utara.
Meskipun terletak di Kepulauan, Kota George Town ini merupakan kota modern hampir mirip Hongkong dan bisa jadi nantinya akan seperti Manhattan.
Di Penang Hill gue bersantai di cafe sambil menikmati pemandangan dan kalo suka bisa bermain-main dengan binatang-binatang yang dipamerkan disana.
Gue sendiri udah jadi korban keganasan salah satu binatang caper yang ada disana, waktu akan memfoto temen yang punggungnya sedang dipankat sama Sugar Glinder, eh tiba-tiba binatang itu loncat ke muka gue, dan sukses bikin beberapa cakaran di pipi kanan dan kiri. MAKASIH YA! 🙁

salah satu bangunan pemerintah Penang
Patung Budha di Kek Lok Si Temple, Air Hitam.
Jalan menuju kuil, banyak pengemis di sekitar lokasi.
sisi lain dari atas menara Kek Lok Si Temple
The Giant Budha
Seni Pahat Dinding “Kek Lo Si” Temple
Deretan Budha Berbaris
Bagian dalam Kek Lok Si Temple
Dari atas sini Kota George Town hingga pantai dan laut terlihat!
berpose narsis dari atas menara kuil 😀
bersantai dari Cafe di Bukit Bendera, worth with the price.
Bukit Bendera saat petang
Di malam hari pemandangannya lebih indah, jembatan penghubung pulau PenangDi malam hari pemandangannya lebih indah, jembatan penghubung pulau Penang ke Malaysia terlihat dengan jelas
George Town di malam hari

George Town at the First Sight

Trip terakhir di bulan Maret, kali ini saya bareng sama temen dari kecil seorang seleb sekaligus penulis berbagai buku untuk remaja (?) dan seorang travel blogger keren @arievrahman.

20130330-022252 AM.jpg
Kawasan Kuliner George Town

Kalau akhir Maret tahun lalu kami long trip Singapore-Malaka-Phnom Pehn-Siem Reap-KL, kali ini gw sama Ariev ke Penang.
Awal perjalanan kami tidak terlalu mulus, diawali dengan hilangnya passport saya yang mengakibatkan saya sepagian stress, hilang arah dan putus asa cari tu passport, dan ternyata passport ketinggalan di kosan lama dan hampir dibuang sama pak kos 🙁

Yay! sampai di Bandara
Yay! sampai di Bandara

Oke, lanjut cerita, kami naik Air Asia JKT-PEN yang ternyata hanya punya satu kali jadwal terbang tiap harinya, jamnya pun kurang menguntungkan, kami dijadwalkan berangkat 17.45 wib, namun sialnya pesawat delay, kami berangkat pukul 19.00 wib dan baru tiba di Penang International Airport pukul 22.30 waktu setempat sedangkan bus Rapid yang akan kami tumpangi jadwal paling malam pukul 23.00.
Dengan harap-harap cemas kami menunggu bus di halte bersama satu teman kenalan kami ya g kebetulan dari Jakarta juga bernama Iden. Setelah nunggu kurang lebih 10 menit, kami dihampiri sopir travel yang menawarkan jasa antar sampai ke George Town dengan tarif 30MYR. Karena biaya driver dibagi 3 kamipun tanpa pikir panjang mengiyakan.
Kota Penang merupakan kota yang cukup tenang dan rapi, saya lebih suka Penang daripada KLnya sendiri. Cuaca hangat dengan udara yang lembab dan bangunan-bangunan tua bernuansa kolonial bikin saya ingat kota Semarang.
Karena sudah tengah malam, setibanya di George Town kami langsung check-in hotel karena takut reception hotel keburu tutup. (Tidak semua hostel receptionisnya buka 24 jam)

20130330-022526 AM.jpg
standard room, sangat nyaman

Saya menginap di Red Inn Heritage, hostel dengan bangunan tua yang telah direnovasi sehingga nyaman. Hostelnya cukup luas dengan lantai kayu, ruang tamu, meja billiard dan bar mini. Selengkapnya bisa cek di redinnheritage.com atau email info@redinnheritage.com.

20130330-022417 AM.jpg
Lobby hotel

Karena belum sempat makan malam, kami pun menyempatkan diri untuk mencicipi berbagai kuliner Penang disepanjang jalan sekitar love lane.

20130330-022334 AM.jpg
go go MU! #eh
Makanan Penang pertama yang kami pesan. kwetiaw Penang!
Makanan Penang pertama yang kami pesan. kwetiaw Penang!

Karena sudah malam, banyak tempat makan yang sudah tutup, tapi kwetiaw dan kue apom yang sempat kami cicipi cukup untuk bekal perjalanan mimpi (tidur) hingga pagi. 🙂

Follow

Get every new post delivered to your Inbox

Join other followers: