Trip terakhir di bulan Maret, kali ini saya bareng sama temen dari kecil seorang seleb sekaligus penulis berbagai buku untuk remaja (?) dan seorang travel blogger keren @arievrahman.
Kalau akhir Maret tahun lalu kami long trip Singapore-Malaka-Phnom Pehn-Siem Reap-KL, kali ini gw sama Ariev ke Penang.
Awal perjalanan kami tidak terlalu mulus, diawali dengan hilangnya passport saya yang mengakibatkan saya sepagian stress, hilang arah dan putus asa cari tu passport, dan ternyata passport ketinggalan di kosan lama dan hampir dibuang sama pak kos 🙁
Oke, lanjut cerita, kami naik Air Asia JKT-PEN yang ternyata hanya punya satu kali jadwal terbang tiap harinya, jamnya pun kurang menguntungkan, kami dijadwalkan berangkat 17.45 wib, namun sialnya pesawat delay, kami berangkat pukul 19.00 wib dan baru tiba di Penang International Airport pukul 22.30 waktu setempat sedangkan bus Rapid yang akan kami tumpangi jadwal paling malam pukul 23.00.
Dengan harap-harap cemas kami menunggu bus di halte bersama satu teman kenalan kami ya g kebetulan dari Jakarta juga bernama Iden. Setelah nunggu kurang lebih 10 menit, kami dihampiri sopir travel yang menawarkan jasa antar sampai ke George Town dengan tarif 30MYR. Karena biaya driver dibagi 3 kamipun tanpa pikir panjang mengiyakan.
Kota Penang merupakan kota yang cukup tenang dan rapi, saya lebih suka Penang daripada KLnya sendiri. Cuaca hangat dengan udara yang lembab dan bangunan-bangunan tua bernuansa kolonial bikin saya ingat kota Semarang.
Karena sudah tengah malam, setibanya di George Town kami langsung check-in hotel karena takut reception hotel keburu tutup. (Tidak semua hostel receptionisnya buka 24 jam)
Saya menginap di Red Inn Heritage, hostel dengan bangunan tua yang telah direnovasi sehingga nyaman. Hostelnya cukup luas dengan lantai kayu, ruang tamu, meja billiard dan bar mini. Selengkapnya bisa cek di redinnheritage.com atau email info@redinnheritage.com.
Karena belum sempat makan malam, kami pun menyempatkan diri untuk mencicipi berbagai kuliner Penang disepanjang jalan sekitar love lane.
Karena sudah malam, banyak tempat makan yang sudah tutup, tapi kwetiaw dan kue apom yang sempat kami cicipi cukup untuk bekal perjalanan mimpi (tidur) hingga pagi. 🙂