Sebenarnya postingan ini sudah pernah ada di blog gue yang lama, dan gue pindahin kesini dengan sedikit editan (santai, tidak mengurangi makna kok)
Tanggal 27 Mei – 1 Juni 2010.
Berawal dari pertemanan gue dengan Ponco, salah satu temen kuliah. kebetulan Ponco ini alumsi Sipeas SMA 1 Semarang (yang anak SMA 1 Semarang pasti tau kepanjangannya Sipeas apa) karena gue bukan anak SMA 1 Semarang ya jadi gue ga tau.. hehe…
Intinya Sipeas itu kelompok pecinta alam, nah Ponco dan teman-teman (salah duanya) Benny dan Tile merencanakan buat pergi ke Sempu, salah satu pulau di selatan Malang, gue lupa tepatnya berapa jarak Malang – Sempu tapi cukup buat bikin badan kurus plus masuk Rumah Sakit kalau ditempuh dengan jalan kaki.
Perjalanan dimulai dari hari Kamis, 27 Juni 2010. Gue dan 7 orang teman, brangkat malam dengan menggunakan kereta ekonomi dari stasiun Poncol (nama stasiunnya memang mirim Ponco temen perjalanan gue). Harga kereta Rp 26.000,- dari Stasiun Poncol sampai Sasiun Kota Baru Malang. Kereta datang jam 21.30 (menurut jadwal) di Stasiun Poncol Semarang tapi terkadang kereta terlambat hingga setengah jam.
Karena baru pertama naik kereta ekonomi agak kaget juga, karena dari naiknya pun sudah berebutan masuk dengan penumpang lain, untuk mempermudah penggambarannya bisa dibayangkan tayangan arus mudik lebaran di tv. Sampai di dalam… penuh sesak, orang2 duduk berdesakan, sebagian berdiri, sebagian lagi tidur dibawah kursi penumpang atau duduk dilantai, mau melangkahpun susah.
Kami bertujuh masuk berpencar dan akhirnya terpisah, beruntung gue bareng ama satu temen cewek dan Alhamdulllah dapat tempat duduk, meskipun harus berbagi dengan 3 penumpang lain di tempat duduk, untung gue dulu masih kurus, jadi masih bisa nyempil.
Sampai di Stasiun Kota Baru Malang, kami bertemu dengan satu orang teman yang tinggal di Malang untuk ikut dalam rombongan, setelah istirahat bentar makan rawon di Stasiun, perjalanan dilanjutkan dengan mencari angkot sewaan menuju ke pantai Sendang Biru.
rata-rata biaya sewa mobil atau angkot ke Sempu berkisar antara Rp 200-400 ribu sekali berangkat. tergantung jenis kendaraan,dan memang harus pintar menawar. Perjalanan dari Malang sampai ke Pantai Sendang Biru memakan waktu sekitar 3-4 jam, melewati bukit karang, gunung, jalan berkelok, dan hutan jati.
Sampai di Pantai Sendang Biru, kami langsung disuguhi pemandangan pantai dengan pasir putih dan pulau-pulau kecil di seberang. Untuk menuju Pulau sempu, kami harus menyewa kapal nelayan yang sudah banyak tersedia disana. Untuk biaya masuk ke pantai sendang biru hanya dikenakan biaya sebesar Rp 5.000,- per kepala, kalo bawa kaki ya nambah lagi Rp. 3000,- hahaha engga boong, cuma Rp. 5000,- doank seluruh badan dan bawaan kok. Jika ingin menyeberang ke Pulau Sempu dan mendirikan tenda, wajib lapor ke petugas jaga yang ada disana, nanti akan diberi pengarahan seputar aturan-aturan selama memasuki wilayah Pulau Sempu, untuk masalah biaya perawatan pulau dikenakan seikhlasnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pulau Sempu ini merupakan pulau konservasi, dimana, seluruh biota yang ada didalamnya dilindungi olah negara untuk kepentingan budidaya dan pelestarian alam. Jadi yang berniat masuk ke Pulau Sempu tidak boleh melakukan kegiatan yang bisa mengganggu kehidupan flora maupun fauna yang ada di situ. Semua sampah harus dibawa pulang/ leluar dari Pulau sekembalinya kita dari Pulau Sempu.
Sesampainya di Pulau Sempu, kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju Segara Anakan kalau tidak salah, perjalanan sekitar 3-5 km ditempuh dengan jalan kaki, melewati hutan, karena memang itu satu-satunya jalan menuju ke Segara Anakan.
Seharusnya perjalanan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan, dengan catatan tidak musim hujan dan jalan kering. Akan tetapi karena pada saat itu sedang musim hujan, sehingga jalan sangat becek, berlumpur dan juga licin, ditambah waktu mulai perjalanan yang sudah terlalu sore (waktu itu jam 16.30 WIB), kami baru sampai di Segara Anakan pukul 12 malam. Bagi yang berencana melakukan perjalanan ke Segara Anakan, gue sarankan buat memakai sepatu boot, karna kalo pakai sepatu biasa rawan rusak dan jebol,sepatu salah satu temen gue jebol sehingga terpaksa dilepas dan jalan tanpa alas kaki, gue ga jebol tapi karena jalanan penuh lumpur sepatu sering lepas, sampai akhirnya ikutan nyeker, padahal jalan penuh akar pohon dan juga karang, sampai baru jalan kira-kira 1 km gue terpeleset sampai kaki masuk ke dalam akar pohon, sialnya di bawah akar pohon itu banyak batu-batu tajam sampai dan alhasil sudah terperosok ketusuk batu tajam pula kaki gue.
Perjalanan dengan kondisi jalan basah dan licin diperparah dengan kurangnya pencahayaan, karena di tengah hutan ga ada lampu atau petromaks (ya menurut elo? di tengah hutan gitu) yang bawa senter pun cuma dua orang, gue sendiri bawa senter, tapi sialnya ada di dalam backpack, males bongkar-bongkar. Belum cukup perjuangan, kami masih harus menghadapi dingin udara, karena di tengah perjalanan hujan sempat turun, dan otomatis jalanan makin basah dan licin.
Perjalanan terhenti beberapa kali karena capek, karena kondisi gelap, ga jarang juga kami jalan sambil meraba-raba dinding pohon atau jurang sambil mengabaikan risiko adanya ular sanca atau binatang lain yang mungkin saja pengin kenalan ama kami. Sampai pertengahan jalan suara deburan ombak sudah terdengar, semangat langsung muncul karena kami berpikir bahwa tujuan sudah dekat, namun kami melupakan satu hal SEMPU ITU KAN PULAU KECIL YANG DIKELILINGI OLEH LAUT LEPAS!! YA IYA AJA PASTI KEDENGERAN DEBURAN OMBAK NYET!!!” teriak gue dalam hati setelah beberapa jam setelah mendengar deburan ombak pertama kami tak kunjung sampai di tujuan.
Dan akhirnya, setelah melalui 7 jam perjalanan, kami lihat air! bukan air mata atau air keringat yang menetes karena kelelahan, namun air tergenang seukuran danau. “YAY!! KITA SAMPAI” Sesampainya di camping ground Segara Anakan, semua lelah terbayar sudah, walaupun sampai sana udah tengah malam, namun keindahan laguna Segara Anakan sudah mulai terasa. Baru sampai gue dan teman2 langsung berenang di Pantai buat bersihin segala macam lumpur dan (mungkin) kalajengking yang menempel di badan, setelah itu bikin tenda di pinggir pantai. ingat yaa.. di Pulau Sempu tidak ada hotel atau penginapan, jadi semua peralatan mulai dari tenda, kompor, makanan sampai air bersih(iya air bersih, temen gue ada yang jalan sambil bawa galon aqua) harus dibawa dari sebelum menyeberang ke Sempu.
Pagi dibangunkan oleh suara debur ombak, namun kedamaian dan ketenangan itu ga berlangsung lama, belum juga melek, temen udah teriak “HOOI AIR PASANG TENDA KITA KEBANJIRAN!” dan gue yang masih tidur sambil membayangkan dipeluk sama bule di pinggir pantai langsung lari menyelamatkan diri (oke ini lebay), akhirnya kami memindahkan tenda ke daerah yang jauh dari bibir pantai.
Segara anakan di Pulau Sempu bagi gue adalah sebuah “miniatur pantai” alias pantai mini, perpaduan antara pantai dan danau. Bentuknya seperti pantai dengan pasir putih dan air laut berwarna biru kehijauan, dikelilingi oleh “dinding” karang, sumber airnya berasal dari air laut pantai selatan yang lewat melalui celah diantara karang yan mengelilingi laguna. Saat sedang surut, tinggi air di laguna bisa turun hingga selutut, hal tersebut memungkinkan kami untuk berjalan-jalan sampai di ujung bagian dalam laguna.
Di belakang camping ground merupakan hutan mangrove, dan masih banyak monyet disana (monyet beneran, bukan alay yang berpose sambil mecucu), jadi jangan kaget kalau saat ingin buang air kita ditemani oleh monyet-monyet hihi. Di samping kiri camping ground ada bebatuan karang tajam, kalau kita mendaki atau naik sampai atas, kita bisa melihat laut lepas (pantai selatan/samudera hindia) dan jika beruntung, saat pagi atau sore hari bisa melihat kawanan lumba-lumba berloncatan (gue termasuk yang beruntung sempet lihat) dan kata orang yang juga kemah disana, terkadang ada paus lewat juga di sana, (ga heran juga sih, kan samudera).
Bila sudah selesai dan hendak meningalkan segara anakan, harap selalu diingat agar membawa barang dan sampah masing-masing. jangan sampai merusak ekosistem yang ada disana.
oh ya hampir lupa, tarif kapal PP dari Sendang biru kep Sempu Rp 100.000,- jangan lupa untuk mencatat no hp si pemilik kapal/perahu, agar kita ga nunggu lama saat mita dijemput kembali ke Sendang Biru.
Sekian cerita tentang perjalana ke Sempu, kami sampai di Pantai Sendang Biru lagi hari minggu, tanggal 30 Mei 2010, setelah itu perjalanan backpack dilanjutkan dengan mengitari Malang sampai Pandaan dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Jogja dengan naik kereta. Nah, sampai Jogja kami menginap di salah satu teman alumni Sipeas juga, hal aneh yang saat itu terjadi adalah, kami sampai Jogja sudah pukul 12 malam, saat menunggu jemputan dari teman, ada tukang becak yang lewat sambil manggil-manggil gue, WHAT TUKANG BECAK DI JOGJA MANGGIL NAMA GUE?? apa gue seterkenal itu? karena gue ga inget pernah ketemu ama mas tukang becak itu dimana, dan biarlah tetap menjadi misteri. Paginya langsung naik kereta ke Semarang (dulu ada kereta Jogja-Semarang) dan baru sampai di semarang hari Selasa 1 Juni 2010. Karena selama di Sempu gue ga tersentuh air bersih selama 3 hari, gue gatal-gatal seluruh badan selama seminggu sesudahnya, sudah mandi dan diberi obat pun percuma, sekujur tubuh totol-totol hitam huhuhu..
sekian cerita perjalanan sempu, Bagi yang punya tips atau pengalaman lain di Sempu boleh share disini.