Jakarta, 18 Januari 2013.
Awal tahun yang berat, pada bulan pertama tahun ini, ibu kota kesayangan kami dilanda banjir.
Bermula dari derasnya hujan sejak tanggal 17 Januari dini hari, pagi-pagi hue berangkat ke kantor dan kaget, begitu keluar dari lobby hotel melihat hujan turun sangat deras, saat itu gue yakin tak lama lagi jalanan akan macet dan mungkin banjir.
Selesai sarapan gue berangkat ke kantor yang hanya berjarak sekitar 8 km dari hotel. Hujan deras membuat jarak pandang terbatas dan jalanan padat karena banyak yang melambatkan kendaraan, ditambah rata-rata orang ajan memilih taxi atau membawa mobil sendiri saat hujan seperti itu.
Sampai di kantor masih sepi, padahal sudah jam masuk kantor. Ternyata temen-temen terlambat terjebak banjir.
Begitu menyalakan TV, kaget.. Banjir sudah dimana-mana dan ketinggian air rata-rata 40-50 cm.
Sampai siang hujan masih deras, dan walaupun tidak sederas pagi harinya, banjir makin meluas di berbagai tempat.
Foto-foto banjir mulai bermunculan di twitter maupun di social media lain.
Panik dimulai. Kantor-kantor banyak yang meliburkan karyawan, sebagian lagi dipulangkan lebih cepat.
Lokasi yang terkena banjir langsung diadakan evakuasi bagi korban-korban yang terjebak. Dalam waktu kurang dari 24 jam, Jakarta lumpuh.
Karena takut terjebak banjir atau tidak dapat kendaraan pulang, gue dan beberapa teman memutuskan pulang lebih awal dari biasanya.
Setelah lama menunggu taxi, tak ada satupun yang mau mengantar ke kosan. Akhirnya, naik kopaja yang ternyata kami harus diberhentikan di tengah jalan karena jalanan ditutup.
Sore itu, gue dan beberapa teman kantor resmi jalan kaki hingga kosan.
Jalan Sudirman nampang lengang, akses jalan ditutup sehingga jalanan lebih sepi dari saat car free day.
Meskipun begitu, kondisi jalan sudah kering dan dengan cuaca yang mendung gue merasa seandainya saat itu bukan suasana banjir, pasti sore itu jadi salah satu sore favorit di Jakarta.
Iseng menanyakan kabar pada seorang teman, secara mengejutkan dia seharian berkeliling naik sepeda keliling kota lihat banjir.
*kurang kerjaan/iseng/memang kepo sama keadaan* 😀
Gue sendiri baru mengalami banjir separah itu di Jakarta. Hari ini hari kedua, air masih banyak menggenang dimana-mana, beberapa ruas jalan masih tidak dapat dilalui, camp-camp pengungsian telah didirikan, berbagai sumbangan dan bantuan datang.
Gue sendiri akan terbang ke Singapore malam ini, bukan melarikan diri, namun karena sudah dijadwalkan jauh-jauh hati.
Meski begitu gue berdoa semoga Jakarta akan segera membaik.
Tersenyum dan tetaplah kuat Jakarta.
Gue yakin ini adalah salah satu proses untuk Jakarta yang lebih baik. Semoga setelah ini, kesadaran masyarakat dan pemerintah akan bahaya banjir lebih tinggi lagi, sehingga bencana serupa dapat dihindari kedepannya.
🙂
(Foto diambil dari kiriman teman di group chat)