Malioboro Jogjakarta – sepenggal kisah becak dan ibu tua

Beberapa minggu lalu saya punya sedikit waktu untuk mengunjungi Jogja.
Tempat yang terasa seperti Rumah Kedua ini tidak pernah bosan saya kunjungi.
Meskipun begitu selalu ada hal baru yang saya dapatkan.

Berniat mencari sesuap nasi sebagai pengganjal perut pagi hari, saya berjalan di sekitar penginapan yang saya sewa. Penginapan saya di daerah jl. Dagen, Malioboro.
Sepanjang jl. dagen banyak sekali penginapan-penginapan bertarif murah dengan biaya sewa antara IDR 100k-300k. Lokasinya cukup rapi dan cukup membuat saya nyaman untuk berjalan kaki pagi itu.

20130922-072006 PM.jpg

20130922-072103 PM.jpg

20130922-072121 PM.jpg

Saya terus berjalan hingga menjumpai gerobak soto pinggir jalan, penjualnya ibu-ibu tua, mungkin umurnya sekitar 60 tahun. Dengan wajah ikhlas menawarkan saya semangkuk soto dengan telur separuh dan teh manis hangat seharga IDR 9k saja.

20130922-072413 PM.jpg
Sambil menikmati soto lezat itu, saya kemudian bertanya pada si ibu,
“Ibu sudah lama berjualan di sini?”
sudah lama sekali nak
“Lalu siapa yang membantu ibu membawa gerobak besar ini setiap pagi?”
ada, anak saya yang paling kecil
“Berapa umur anaknya bu?”
25 nak, tapi belum mau menikah… Padahal kakak-kakaknya sudah punya anak semua
Sambil tersenyum saya balas
“Santai bu, umur 25 masih muda, biasanya masih senang-senangnya bekerja, anak ibu yang terakhir putra / putri?”
laki-laki, dua kakaknya wanita. Yah biarlah namanya anak penginnya kemana, kalau ibu paksa nikah juga belum tentu barokah

20130922-073003 PM.jpg
Saya kemudian tersenyum kembali dan menghabiskan sisa nasi soto buatan si ibu.
Semangkuk soto pinggir jalan yang lezat, ditambah bumbu cerita dan kecap harapan dari si ibu telah menyempurnakan pagi saya saat itu. Terima kasih Tuhan Maha Baik.

20130922-073250 PM.jpg

Selesai makan saya melanjutkan jalan kaki, namun karena ingin melihat lebih banyak lagi dengan waktu yang terbatas akhirnya saya memutuskan untuk menyewa sebuah becak untuk mengantarkan saya berkeliling.

Pertama saya menjumpai becak dan pemiliknya yang sedang menunggu pelanggan, nampak memikirkan sesuatu yang lebih besar dari becaknya sendiri.

20130922-073606 PM.jpg

apakah yang kau lihat kosong padahal sebenarnya sangat penuh?

20130922-073707 PM.jpg

20130922-075255 PM.jpg

20130922-075307 PM.jpg

dan benarkah apa yang kamu lalui sudah cukup berat?

20130922-073908 PM.jpg

berapa banyak kau menghitung kesempatan?
Apakah harus kau tunggu selayaknya deretan becak kosong?

20130922-074039 PM.jpg

20130922-074055 PM.jpg

20130922-074115 PM.jpg

20130922-075411 PM.jpg

menyerahkan diri kepada roda, beristirahatlah sejenak si unguku 🙂

20130922-074303 PM.jpg

hey lihat ada kereta kuda! Mari kita tengok Cinderela

20130922-074419 PM.jpg

ah tentu saja, ini Malioboro yang melegenda

20130922-074550 PM.jpg

tempat yang menggoda, mungkin lain kali duhai Penjaga

20130922-074707 PM.jpg

tak akan kurang untuk ekspresi imaji

20130922-074826 PM.jpg

seorang anak menunggu dengan setia ayahnya yang bekerja. Adek kecil, besok kalau besar ingin jadi apa?

20130922-074929 PM.jpg

Akhirnya, sampailah satu putaran saya. Terima kasih bapak pengayuh becak. Teruslah menggerakkan rodamu.

20130922-075054 PM.jpg

5 thoughts on “Malioboro Jogjakarta – sepenggal kisah becak dan ibu tua”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


+ 6 = fourteen

Follow

Get every new post delivered to your Inbox

Join other followers: