6 reasons why I should go to Gold Coast

When I think about my TOP traveling bucket list, I never put Australia at the top before. Why? maybe because I never knew what is interesting about Australia, at least until I attended “Let The Adventure Begin”, Bloggers Gathering #DwidayaVisitQueensland #DwidayaXFD by Female Daily on 18 December 2015. Speakers from Dwidaya Tour, Australia Tourism, and Virgin Australia brought us knowledge about the country, particularly that of Gold Coast, Queensland. After hearing their presentation,and a little research about Gold Coast, I compiled the following six reasons that make me want to go to Gold Coast so bad:

  1. Adrenaline rush with Gold Coast Adventure

For those who love adventure like me, Gold Coast is one of the best places in Australia that will give you great challenge. Start with the drifting and the thrilling 360 degree spin of Paradise Jetboating, advancing to 230 metres above sea level in Gold Coast SkyPoint Climb, going even higher with the Hot Air Balloon, or if you love playing on the water then you can try Jetpack Flyboard Adventures. If those adventures are still not enough to rush your adrenaline, don’t worry, click here to find the many adventurous activities you can try in Gold Coast.

https://www.skypoint.com.au/skypoint-climb
https://www.skypoint.com.au/skypoint-climb
  1. Everything I Love About Beaches & Water Activity

As a beach & water activity lover, I cannot resist the temptation of cycling on white-sand beaches, whale watching, Australia sunset safari, Gold Coast Island adventure, Gold Coast Buggy Tours, hand-fed dolphins, surfing, diving, and many other beach and water activities. Just mentioned it and Gold Coast will provide it for you. See others water activities here.

Gold_Coast_summer,_Burleigh_Heads_Beach

Gold Coast summer, Burleigh Heads Beach” by Kerrie Brailsford – https://www.flickr.com/photos/kerriebr/11681650214/. Licensed under CC BY-SA 2.0 via Commons.

  1. City Sightseeing 

If you are a city lover like me, then Gold Coast offers you many of its magical landmarks, skyscrapers, and also historical sites. Just walk around, rent a car, or take the public transportation for a city tour.

Million_dollar_view

Million dollar view” by Kelly Hunter – https://www.flickr.com/photos/inspirekelly/6055186739/. Licensed under CC BY 2.0 via Commons.

1024px-Gold-Coast-Skyline-at-Night
Gold-Coast-Skyline-at-Night” by marty.vdhhttp://www.flickr.com/photos/46878901@N02/5655964122/in/photostream/. Licensed under CC BY-SA 2.0 via Commons.

  1.  Back to Nature in Gold Coast Natural Attraction & Amusement Parks

Gold Coast is not only famous because of its beaches and buildings, but also of its Rainforest Skywalk in Mount Tamborinewalk through a canopy of flowering and fruiting trees covered by vines whilst you explore the epiphytic orchids and ferns surrounded by the many birds and animals that inhabit the tree tops. You may also enjoy the Gold Coast Botanical Garden;ee, taste, and learn about fruits from around the World in the Tropical Fruit World, and many more!

  1.  Spoil Your Tummy with Amazing Food & Culinary

From Paddock Bakery to Hurricanes Grill Surfer’s Paradise, Gold Coast will never let your tongue and tummy down. Check all of the great culinary here.

gold-coast-international-food-wine-music-festival-1
http://www.weekendnotes.com/im/004/06/gold-coast-international-food-wine-music-festival-1.jpg
http://www.weekendnotes.com/im/002/02/gold-coast-international-food-wine-music-festival-11.jpg
http://www.weekendnotes.com/im/002/02/gold-coast-international-food-wine-music-festival-11.jpg
  1. Shopping & Night Life 

People said, it’s not a traveling before you see the market and its night life. There are 700 malls in Queensland, which not yet include the street market like Surfers’ Paradise beach front and night quarter market. If you love shopping then prepare your biggest suitcase to bring all of Australian products back home with you.

http://www.goldcoastbulletin.com.au/news/beachfront-markets-economic-report-divides-surfers-paradise-traders/story-fnj94j0t-1227126070189
http://www.goldcoastbulletin.com.au/news/beachfront-markets-economic-report-divides-surfers-paradise-traders/story-fnj94j0t-1227126070189

After identifying all these reasons to visit Gold Coast, my next questions are: “how do I get there?” “How do I prepare my trip and my itinerary?” “How to get the Australian tourist visa?” Well, through their presentation at the bloggers gathering, Dwidaya Tour mentioned that they will provide everything you need for your trip, including the tour package at an affordable price. See the package here:

  1. Flexy Holiday Package 

This package is suitable for those who have limited time. In 4 nights of stay, you can visit the Movie World, Dream World, and Paradise Country Farm Tour. Start from IDR 5.320.000 thatinclud the return tickets.

flexy package

 

  1. Costsaver Holiday Package

This is the best seller package for summer holiday, start with IDR 23.500.000 you will have 8 days of amazing journey in Australia + Philip Island + Tangalooma. Also there are other packages that will suit your schedule and budget.

costsaver package

  1. Premiere Package

Last but not least, is the premiere package that offers the luxurious and unforgettable experience for you. Yet, Dwidaya Tour also offers you flexibility, beside the packages, you can also create your own destination or activity and Dwidaya Tour will be happy to accommodate your needs. Contact Dwidaya Tour via their Twitter @Dwidaya_Tour or their Website for more information.

premiere package

 

About Dwidaya Tour

Established on 19 July 1967, PT. Dwidaya World Wide now have more than 70 branches in all over Indonesia. Dwidaya Tour product & service are air ticketing, tour package, Corporate Travel Management (CTM), MICE to help company deliver message to target audience in a corporate events, Hotel, Travel Documents, Travel Insurance, Admission Ticket, Inbound, and other service (car rent, concert ticket, and money changer).

5 hal menarik dalam perjalanan #GoAheadMoment Kamboja

 

senja di Soetta
senja di Soetta

Matahari sudah hampir terbenam saat saya, dan @bunkdimaz sebagai pemenang jalan-jalan ke Phnom Penh dan juga @motulz  sebagai perwakilan dari brand sampai di termibal 3 bandara Soekarno Hatta.

anak socmed banget
anak socmed banget

Jadwal boarding masih satu jam, dan kami menghabiskan waktu untuk berfoto di dalam boarding gate terminal 3. Dalam perjalanan #GoAheadMoment ini ada lima hal menarik untuk diketahui.

1. Awal Perjalanan

KLIA2
KLIA2

Bagi yang akan ke Phnom Penh dengan Air Asia dari Jakarta, wajib transit di KL dulu, kami transit satu malam di bandara KLIA2, kali pertama saya di Bandara baru ini, karena sebelumnya apabila ke KL saya selalu di LCCT  atau KLIA1. Ternyata KLIA2 cukup nyaman dan bersih, bagi yang ingin menginap tak jauh dari bandara, terdapat beberapa hotel yang menyewakan kamar mulai dari 6 jam dengan harga 140MYR.

masih ada beberapa toko tutup selepas jam 11 malam
masih ada beberapa toko tutup selepas jam 11 malam

Di dalam area foodcourt juga banyak restoran yang buka 24 jam untuk melayani para traveler yang kelaparan di dalam bandara, bahkan toko souvenir atau kosmetik juga ada yang buka 24 jam.

2. Berkeliling Kota

Phnom Pehn dari pesawat
Phnom Pehn dari pesawat

Saat masih di atas pesawat dari KL ke PHN, membayangkan Phnom Penh dalam ingatan dengan kota yang mirip Jakarta tahun ’70-’80 an, dengan kendaraan-kendaraan tua, bangunan berdebu dan minimnya gedung-gedung pencakar langit. Begitu mendarat bandara Phnom Penh Internasional tidak banyak berubah dari tiga tahun lalu, namun setelah kami mendapat taxi saya kaget, taxi mobil sedang yang kami tumpangi menuju ke hotel benar-benar mobil baru dengan AC, pengemudinya pun masih sangat muda, tentunya berbeda dengan yang saya alami tiga tahun lalu di mana saat itu saya dapat taxi tua tanpa AC dan pengemudinya bapak-bapak.

jam sibuk jalanan Phnom Pehn
jam sibuk jalanan Phnom Penh

Berlanjut menyusuri kota selama kurang lebih 40 menit perjalanan ke hotel, saya melihat banyak perubahan terjadi. Mobil-mobil tua yang dulu banyak saya lihat sudah berganti menjadi mobil-mobil baru yang memenuhi jalanan Phnom Penh, namun sepeda motor tua masih lebih banyak dijumpai di Phnom Penh.

Motor Tua yang banyak dijumai di Phnom Penh
Motor Tua yang banyak dijumai di Phnom Penh

Tidak hanya itu saja, pembangunan di wilayah ini pun juga sudah dimulai di mana-mana. Saya menduga dalam beberapa tahun mungkin Phnom Pehn sudah akan seramai Bangkok atau Saigon.

tuk-tuk
tuk-tuk

Selain taxi, alat transportasi yang umum digunakan terutama oleh turis yang ingin berkeliling kota adalah Tuk-Tuk, semacam becak motor yang bisa menampung hingga 6 orang penumpang, di area turis akan banyak sopir tuk-tuk yang menawarkan jasanya, harga mulai 15USD untuk sehari berkeliling.

3. Penginapan, Kuliner dan tempat Nongkrong

kamar hotel kami
bed di kamar hotel kami

Ada banyak hotel di Phnom Pehn, mulai dari hostel, budget hotel hingga hotel berbintang 5 dengan pemandangan Sungai Mekong, untuk harga juga bervariasi tergantung budget, untuk perjalanan kali ini saya menginap di Frangipani Fine Arts Hotel, hotel dengan staff yang ramah dan furniture uniknya. terletak di pusat kota dan persis di samping Royal palace.

outdoor breakfast di Frangipani fine art hotel
outdoor breakfast di Frangipani fine art hotel

Beberapa tempat nongkrong seru bisa kita jumpai di tepian Sungai Mekong, bagi pecinta kopi atau minuman beralkohol, cafe dan restaurant di Phnom Penh ini menawarkan harga yang lebih “ramah” dibanding Bali.

nongkrong di phnom  penh
nongkrong di phnom penh

Seorang teman kenalan Kang Motulz menyebutkan bahwa persis di bawah restoran yang kami kunjungi malam sebelumnya, ada sebuah restaurant yang menawarkan pizza dengan toping cannabis atau marijuana, bernama Happy Pizza, levelnya pun beragam mulai dari Happy, Very Happy atau Super Happy *evil grin* sayangnya sampai pulang kami tidak sempat mencicipi.

Touk Cafe & Resto
Touk Cafe & Resto

Untuk restaurant, bagi yang ingin mencari makanan halal di Phnom Penh ada banyak pilihan, salah satunya adalah Rumah Makan Bali yang terletak tak jauh dari hotel kami, seperti namanya, rumah makan ini menawarkan berbagai masakan halal khas Indonesia, namun bagi yang ingin mencicipi masakan Khmer, di Rumah Makan bali juga terdapat ebberapa menu masakan khas Khmer. Pemilih rumah makan yang ternyata orang Sunda ini sungguh ramah dan banyak memberikan informasi bagi kami yang ingin berkeliling Phnom Pehn. Bagi yang datang, jangan sungkan untuk bekenalan dnegan pemilik resto yang dengan senang hati akan membantu.

berbagai macam keong dan makanan lezat lainnya
berbagai macam keong dan makanan lezat lainnya

Selain itu kami juga sempet menikmati hidangan spesial di Ton Le Bassac, yang membuat istimewa di restaurant all you can eat ini adalah hidangan-hidangan spesial seperti beraneka macam keong sungai, mini lobster, lidah bebek dan juga masakan lezat lain. Sangat dianjurkan bagi pecinta masakan eksotis.

suasana Kmer Tourin resto
suasana Khmer Tourin resto

Resto Terakhir yang kami kunjungi adalah Khmer Surin Restaurant. Resto khas Khmer dan Thai food ini mempunyai suasana yang unik dan cocok bagi fine dining. masakannya yang banyak sayuran segar makin membuat saya sulit menjaga porsi makan. :p

4. Atraksi

di atas kapal Sungai Mekong
di atas kapal Sungai Mekong

Kebetulan saat kunjungan kemarin kami tidak menjumpai atraksi-atraksi seru yang sering diselenggarakan di kota ini, namun sempat kami menikmati berlayar di sungai Mekong untuk menikmati sunset selama kurang lebih satu jam. Biaya naik kapal sekitar 4-5 USD per orang, apabila ingin sekalian jamuan makan malam maka biaya akan lebih lagi. Selama berada di atas kapal, saya sempat memperhatikan sebagian dari masyarakat Phnom Pehn  yang hidup di atas kapal-kapal kecil di Sungai Mekong, para “manusia perahu” ini bekerja dengan mencari ikan atau sumber daya yang ada di sungai untuk kemudian mereka jual.

para "manusia perahu"
para “manusia perahu”

Hal lain yang seru dikunjungi adalah Central market, di sini pengunjung bisa mencari berbagai souvenir khas Kamboja, di bagian dalam bangunan banyak pedagang yang menawarkan asesoris dari batu-batuan khas Khmer. Artitektur bangunan ini sangat menarik, konsep kubah dengan jam tinggi di tengah ruangan.

Central market setelah renovasi
Central market setelah renovasi
Jam Menara
Jam Menara

Sewaktu saya riset kecil sebelum ke Phnom Penh saya melihat foto-foto tempat ini di Internet yang tampak lusuh tak terawat, ternyata saat saya sampai di sana lokasi sudah jauh lebih rapi dengan cat yang masih baru. Good work Phnom Pehn!

Beberapa foto pasar tradisional dan juga atraksi lain di sini

5. Masyarakat Lokal

hal menarik dari masyarakat Phnom Penh adalah badan mereka kurus-langsing sekali. Selama tiga hari di sini tidak pernah melihat yang kelebihan berat badan. Kata pemilik Warung Bali, hal tersebut karena masyarakatnya gemar makan sayuran, buah dan juga yang masam-masam. Mungkin juga karena belum banyak fast food resto di Phnom Penh sehingga lemak-lemak masih jauh dari penampakan :p

DSC04877Masyarakat Phnom Pehn sangat ramah, mereka senang dengan tamu, mereka selalu berusaha mengajak tamu mengobrol, dalam pekerjaan pun juga mereka cekatan dan gesit. Hampir di seluruh tempat yang saya kunjungi, para staff dan pegawai memberikan service yang bagus.

Nenek berdoa saat Biksu berkunjung

Banyak Masyarakat yang saya ajak ngobrol mengatakan tidak banyak turis dari Indonesia datang ke Phnom Pehn, juga banyak yang berkeinginan bisa mengunjungi Indonesia atau negara lain di Asia tenggara, namun hal tersebut sangat sulit dengan kondisi ekonomi mereka dan juga permasalahan administrasi imigrasi. Karena walaupun warga Indonesia bisa datang ke Kamboja tanpa visa dan punya sebulan masa kunjungan, hal itu tidak terjadi sebaliknya. Masyarakat Kamboja yang ingin ke luar negeri termasuk Indonesia harus membayar visa dan masa kunjungan hanya selama 2 minggu saja. Namun banyak yang berharap, terutama pemudanya agar penerintah dapat menghapus biaya visa ke negara-negara tetangga sehingga mereka dapat dengan bebas bepergian ke luar negeri.

DSC04947

Apabila punya kesempatan ke Kamboja, sempatkanlah untuk berbicara dengan masyarakat lokal dan menggali cerita menarik dari mereka, entah kondisi ekonomi, politik maupun sejarah kelam Kamboja. Bereksplorasilah dan #GoAheadMoment

Kisah senja dan pejalan sore

Beberapa teman bertanya pada saya saat pertama mengetahui alamat blog yang saya buat, mengapa “pejalan sore?” Bukan “pejalan pagi” atau “pengendara malam”?
Jawabannya tentu saja sangat sederhana, karena saya sangat menyukai sore hari, terutama memasuki saat senja.
Alasan saya menyukai senja pun sangat sederhana, pertama saya sulit untuk bangun pagi sore hari (senja) merupakan batas antara terang dan gelap, sebuah pintu dari sebuah perjalanan dan kerja keras menuju suatu yang tenang dan menentramkan. Senja, menjadi lebih sakral dari pagi karena kita harus mengadapi gelap, menghadapi apa yang tidak kita ketahui, menghadapi misteri yang harus kita pecahkan.
Karena itu kali ini saya akan memberikan beberapa gambar senja yang sempat saya abadikan dalam perjalanan saya. Tentu saja saya akan terus menambahnya, semoga akan lebih banyak lagi senja-senja lain yang terekam.

20131014-091409 PM.jpg
diantara Semarang – Jakarta

Senja pertama saya ambil dalam perjalanan kereta Semarang-Jakarta. Sudah berkali-kali sejak perpindahan saya ke Ibu kota RI saya menggunakan kereta, namun tetap saja tak dapat menghilangkan hujan emosi yang datang saat roda kereta berjalan. Di belakang saya keluarga yang mengantarkan hingga stasiun, memberikan doa agar saya selamat, dan berharap saya segera datang kembali dengan bahagia.

20131014-091840 PM.jpg
jatuh cinta dengan semburat merahnya

Tunggu aku Ibu, Ayah, adekku tersayang, jarak hanya ada saat dipikirkan. 🙂

20131014-092011 PM.jpg
Mekong River, Cambodia

Senja kedua saya ambil saat naik kapal menyusuri sungai Mekong di Phnom Penh Kamboja.
Pertama kalinya saya naik kapal untuk menyusuri sungai, saya dikejutkan oleh kemunculan bulan, seakan menyambut malam.

20131014-092313 PM.jpg
Mekong River, Cambodia

Beristirahatlah duhai matahari, cukuplah mengantar kami sampai di sini, kami akan aman ditemani bulan! 😀

20131014-092516 PM.jpg
Belitung

Senja ketiga diabadikan oleh salah satu teman dengan saya sebagai siluetnya, sebuah pantai indah di Belitung.
ajari aku bahasamu duhai senja yang jelita

20131014-092744 PM.jpg
Senja yang cantik di Jepara

Senja keempat saya dapatkan di Pantai Bandengan Jepara. Saya datang ke pantai itu tanpa ekspektasi, yang saya dapatkan cukup untuk mengucap syukur. mereka bilang cinta datang saat ekspektasi sudah ditiadakan

20131014-093026 PM.jpg
mengapa malu-malu?

Masih dari pantai Bandengan Jepara, kali ini dia mengintip malu-malu. tetap tidak dapat kau sembunyikan kemilaumu

20131014-093222 PM.jpg
Salam damai dari Lembang

Senja kelima terlalu cantik untuk saya kisahkan, Sebuah Danau Buatan di Lembang Bandung dapat menampilkan keindahan asli.

20131014-093357 PM.jpg
nirwana?

Bagai seorang ratu jagat raya, senja keenam muncul dari tempat yang katanya Pulau Dewata.
wahai dewa-dewi senja, menarilah

20131014-093538 PM.jpg
Pantai tetangga, tidak mau kalah

Tak mau kalah senja ketujuh dari Kuta Lombok, masih sangat lugu.

20131014-093706 PM.jpg
Kep, Seribu

Siapa yang sangka kalau Pulau Pari di Kepulauan Seribu juga menyimpan senjanya sendiri?
Senja kedelapan.

20131014-093807 PM.jpg
lagi-lagi dari balik kereta

Kembali menatap senja di balik jendela kereta. Senja kesembilan.

20131014-093916 PM.jpg
pejalan sore, pengagum senja

Terima kasih telah menjadi senja kesepuluhku. 🙂

Next Trip : Macau – Hongkong

Image
Yeay! tiket kami

Mei 2013 ini saya berkesempatan kembali untuk melakukan duo trip alias trip berdua.

Kali ini yang jadi travel-mate gue si amih Usbek cantik @inaCaluela, bagi yang sudah kenal Amih Ina pasti sudah tau betapa akan menyenangkannya perjalanan ini *peress* 😀

Kami membeli tiket dari kira-kira delapan bulan sebelum keberangkatan. niat? pasti!

Dan hanya itulah satu-satunya dapat tiket promo yang oke saat itu.

Tidak seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya yang penuh drama, kali ini perjalanan relatif mulus. Sampai di Bandara hampir tiga jam sebelum keberangkatan, jadi sempat berleha-leha di Executive Lounge, makan, dan tentunya memanfaatkan fasilitas wifi dan kegiatan colok-mencolok gadget.

Jadwal take off kami 23.45 dengan perjalanan sekitar lima jam sampai di Hongkong International Airport. Besok rencananya tanpa mandi terlebih dahulu *ups*, kami akan langsung menuju ferry untuk menyeberang ke Macau.

Mari berdoa agar perjalanan lancar, aman dan menyenangkan.

See you guys in Hongkong! 🙂

George Town : Kota Metropolitan dan Surga Makanan

Pagi pertama saya di George Town, dan saya langsung jatuh cinta dengan kota ini. Bangunan-bangunan tua, kota yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi, jalanan yang bersih dan makanan murah nan lezat kota ini berhasil memikat saya untuk terus berjalan mengitari kota.

Tapi sebelum jauh berkeliling, siapa sih George itu sendiri? George Town diambil dari nama Raja Inggris King George III, raja yang sedang berkuasa saat kota ini ditemukan Oleh Francis Light seorang bussiness man Inggris pada abad 17.
Pilihan untuk tinggal di Jalan Love Lane sekitar Lebuh Cheulia memang tepat, karena daerah ini merupakan perkotaan dan jalan utama di George Town pada abad 17 hingga 18, tak heran banyak sekali bangunan-bangunan disini yang bernuansa Eropa.

Bangunan tua di Chinatown George Town

Perjalanan kami awali dengan berjalan kaki dari hostel berkeliling China Town dan Litte India. saya sempat mampir di salah satu toko jual HP dan Simcard biar tetap eksis selama berkeliling George Town selama 2,5 hari ini.

Gereja Tua di salah satu sudut George Town

Penjaga (dan sepertinya) juga pemilik toko seorang bersuku India, waktu lihat passport saya buat pendaftaran SIM Card dia bilang “you have a lovely name, Noveina” saya sempet ke-GeeRan dengan berpikir si bapak-bapak India ini nyepik gue, tapi ternyata dese beneran kagum dengan nama gue yang dia sebut “Noveine Ewa” *hening*
Kemudian si bapak ini ternyata tertarik dengan Indonesia dan mengajukan beberapa pertanyaan seperti :
Bapak : Where you come from? University?
saya : yes,
Bapak : oh, that’s why your English is good, you speak Emglish
saya  : *bingung jawab apa* hehe.. Thanks
Bapak : Jakarta is like KL right?
saya : yea you can say it so
Bapak : it that the cost liveing in Jakarta Expensive?
saya : iya pak, mahal banget
Bapak : how much is Indonesian people salary?
saya : lah apa pula ini kok nanya gaji, gue jawab rentangnya aja
Bapak : then how much is your salary?
saya : ya segitu deh pak
Bapak : if in average people salary in Indonesia were high, then why so many people come to Malaysia as a worker (maksudnya babu kali, tapi ga enak ama gw)
saya : eng…. *mikir gimana. Jelasin dengan cara singkat) mungkin karena mereka ga sekolah bla bla bla
Dan pembicaraan terus berlangsung sampai setengah jam lebih membicarakan pendidikan dan kesejahteraan Indonesia-Malaysia, hihi. Bagaimana pun si bapak itu baik.

Wall Art yang dibuat oleh UNESCO, bercerita mengenai asal muasal nama jalan.
Rumah Bangsawan Cina jaman dahulu, sekarang digunakan untuk museum.

Perjalanan gue lanjutkan ke terminal bus di Penang buat menuju ke Bukit Bendera, setelah menunggu sejam, akhirnya bus 204 yang kami tunggu datang.

Sampai di kawasan Bukit Bendera atau Penang Hill, kami langsung menyerbu tempat makan dan memesan banyak makanan dengan membabi buta. Harus gue akui Penang ini merupakan surga makanan.

Sebelum naik ke Penang Hill, gue menyempatkan diri ke Kek Lok Si Temple, kuil Budha terbesar di Penang.
Kalau stamina kuat, bisa naik hingga lantai paling atas Menara dan melihat lansekap Air Itam dari atas.

Salah satu sudut dari atas menara, dari atas dapat melihat kota George Town

Puas foto-foto, kami lalu menuju Penang Hill atau Bukit Bendera dengan naik kereta hidrolik canggih (yang kayanya seperti kereta menuju Victoria’s peak di HK).
Sampai di atas bukit, gue baru sadar benar bahwa George Town ini merupakan kota Metropolitan dengan gedung-gedung tinggi, dengan jembatan terpanjang se-Asia yang menghubungkan Pulau Penang dengan daerah Malaysia Utara.
Meskipun terletak di Kepulauan, Kota George Town ini merupakan kota modern hampir mirip Hongkong dan bisa jadi nantinya akan seperti Manhattan.
Di Penang Hill gue bersantai di cafe sambil menikmati pemandangan dan kalo suka bisa bermain-main dengan binatang-binatang yang dipamerkan disana.
Gue sendiri udah jadi korban keganasan salah satu binatang caper yang ada disana, waktu akan memfoto temen yang punggungnya sedang dipankat sama Sugar Glinder, eh tiba-tiba binatang itu loncat ke muka gue, dan sukses bikin beberapa cakaran di pipi kanan dan kiri. MAKASIH YA! 🙁

salah satu bangunan pemerintah Penang
Patung Budha di Kek Lok Si Temple, Air Hitam.
Jalan menuju kuil, banyak pengemis di sekitar lokasi.
sisi lain dari atas menara Kek Lok Si Temple
The Giant Budha
Seni Pahat Dinding “Kek Lo Si” Temple
Deretan Budha Berbaris
Bagian dalam Kek Lok Si Temple
Dari atas sini Kota George Town hingga pantai dan laut terlihat!
berpose narsis dari atas menara kuil 😀
bersantai dari Cafe di Bukit Bendera, worth with the price.
Bukit Bendera saat petang
Di malam hari pemandangannya lebih indah, jembatan penghubung pulau PenangDi malam hari pemandangannya lebih indah, jembatan penghubung pulau Penang ke Malaysia terlihat dengan jelas
George Town di malam hari

George Town at the First Sight

Trip terakhir di bulan Maret, kali ini saya bareng sama temen dari kecil seorang seleb sekaligus penulis berbagai buku untuk remaja (?) dan seorang travel blogger keren @arievrahman.

20130330-022252 AM.jpg
Kawasan Kuliner George Town

Kalau akhir Maret tahun lalu kami long trip Singapore-Malaka-Phnom Pehn-Siem Reap-KL, kali ini gw sama Ariev ke Penang.
Awal perjalanan kami tidak terlalu mulus, diawali dengan hilangnya passport saya yang mengakibatkan saya sepagian stress, hilang arah dan putus asa cari tu passport, dan ternyata passport ketinggalan di kosan lama dan hampir dibuang sama pak kos 🙁

Yay! sampai di Bandara
Yay! sampai di Bandara

Oke, lanjut cerita, kami naik Air Asia JKT-PEN yang ternyata hanya punya satu kali jadwal terbang tiap harinya, jamnya pun kurang menguntungkan, kami dijadwalkan berangkat 17.45 wib, namun sialnya pesawat delay, kami berangkat pukul 19.00 wib dan baru tiba di Penang International Airport pukul 22.30 waktu setempat sedangkan bus Rapid yang akan kami tumpangi jadwal paling malam pukul 23.00.
Dengan harap-harap cemas kami menunggu bus di halte bersama satu teman kenalan kami ya g kebetulan dari Jakarta juga bernama Iden. Setelah nunggu kurang lebih 10 menit, kami dihampiri sopir travel yang menawarkan jasa antar sampai ke George Town dengan tarif 30MYR. Karena biaya driver dibagi 3 kamipun tanpa pikir panjang mengiyakan.
Kota Penang merupakan kota yang cukup tenang dan rapi, saya lebih suka Penang daripada KLnya sendiri. Cuaca hangat dengan udara yang lembab dan bangunan-bangunan tua bernuansa kolonial bikin saya ingat kota Semarang.
Karena sudah tengah malam, setibanya di George Town kami langsung check-in hotel karena takut reception hotel keburu tutup. (Tidak semua hostel receptionisnya buka 24 jam)

20130330-022526 AM.jpg
standard room, sangat nyaman

Saya menginap di Red Inn Heritage, hostel dengan bangunan tua yang telah direnovasi sehingga nyaman. Hostelnya cukup luas dengan lantai kayu, ruang tamu, meja billiard dan bar mini. Selengkapnya bisa cek di redinnheritage.com atau email info@redinnheritage.com.

20130330-022417 AM.jpg
Lobby hotel

Karena belum sempat makan malam, kami pun menyempatkan diri untuk mencicipi berbagai kuliner Penang disepanjang jalan sekitar love lane.

20130330-022334 AM.jpg
go go MU! #eh
Makanan Penang pertama yang kami pesan. kwetiaw Penang!
Makanan Penang pertama yang kami pesan. kwetiaw Penang!

Karena sudah malam, banyak tempat makan yang sudah tutup, tapi kwetiaw dan kue apom yang sempat kami cicipi cukup untuk bekal perjalanan mimpi (tidur) hingga pagi. 🙂

From Kranji to River Side

Duh merasa bersalah banget karena gagal live-blogging buat postingan yang ini. Tapi yasudahlah.. Semoga postingan ini ga banyak yang terlewat.

Tidur bebas dan gratis kami di Changi terganggu karena pukul 4 pagi kami dibangunkan petugas Changi dan “diusir” keluar bandara. 🙁
Entah peraturan sejak kapan, yang jelas mood gw jadi berantakan habis kejadian itu. Yaelah baru 2 jam gitu tidur, bangun-bangun udah diusir aje.
Jadi postingan gue sebelumnya diabaikan saja hiks.. Tidur gratis di rest area hanya diperbolehkan apabila kita ada connected flight alias sedang menunggu pesawat selanjutnya, yang jelas sekitar 20-30 orang diusir keluar bandara.

Setelah menunggu sekitar 2 jam diluar imigrasi (di luar imigrasi masih ada tempat makan dan starbuck 24 jam, jadi sembari menunggu MRT bisa bersantai sambil ngopi) kami langsung menuju terminal 2 untuk naik MRT menuju kota. MRT beroperasi dari jam 6 pagi sampai sekitar 11 malam.
Harga tiket juga bervariasi mulai dari 1-3 SGD sekali jalan, tergantung jarak.
Bagi yang sering ke Singapore akan lebih hemat beli MRT Card dengan harga 12 SGD yang bisa berlaku selama 5 tahun.

Dari Changi kami langsung menuju tempat menginap langganan gue, Inncrowd Hotel Backpacker yang terletak di daerah Little India yang sudah ada di beberapa postingan sebelumnya.

Dan mungkin emang “rejeki” gue, dari mulai mendarat di Singapore sampai mau balik ke Jakarta hujan deras mengguyur semua daerah di Singapore. Alhasil kami berangkat ke daerah Kranji dengan berpayung cantik.

Daerah Woodland, Kranji dan sekitarnya merupakan daerah utara Singapore, daerah yang cukup jarang dikunjungi oleh wisatawan, namun ga kalah menarik, karena daerah tersebut merupakan pusat industri dan apartment “pinggir”.
Daerah itu sering juga disebut “junkyard” karena banyak tempat yang menjual sparepart mobil kondisi bagus dengan harga murah.
Dari stasiun Little India, kami turun di stasiun Kranji. Berbeda dengan stasiun di kota, stasiun Kranji lebih mirip stasiun Tanah Abang, dengan kondisi lebih terawat dan bersih tentunya.
Karena daerah Kranji merupakan daerah utara yang dekat dengan perbatasan Malaysia, ga heran daerah tersebut cukup ramai dipenuhi antrian orang-orang yang hendak ke Malaysia naik bus.
Kami meneruskan perjalanan dengan naik Bus SMRT menuju Propel, tempat penjualan spare part mobil Eropa di Kranji Road No. 28.
Sampai disana kami disambut Jonathan, Sales Manager tempat tersebut.

Sebagai orang yang buta otomotif, gue bengong sendiri lihat berbagai mobil mewah yang di “mutilasi” dan diambil spare part-nya. Seperti misal mobil Jaguar, Mercy, Volvo, Audi, Ferrari, VW, Porsche, BMW, dsb. Kondisi mobil cenderung baru, umur sekitar 5-10 tahun.
Dan hal itu wajar karena pajak mobil yang berumur lebih dari lima tahun disana mahal bok..

Selesai antar temen belanja otomotif kami kembali ke kota mencari beberapa barang titipan teman-teman di Orchad, selama perjalanan di daerah Kranji, gue tetap heran, karena di daerah yang jauh dari perkotaan pun, sistem transportasi dan disiplin masyarakatnya tetap terjaga. Jalanan bersih dan rapi. 🙂

Sampai di Orchad gue langsung berkeliling mall dengan mata buas seorang cewek melihat kata “sale” dimana-mana. Untung masih kuat iman, jadi ga tergoda diskon-diskon menyesatkan itu (padahal emang ga ada duit) 😀

Baru satu mall gue kelilingi (Ion Mall) gue udah kecapekan dan memutuskan untuk cari tempat makan dan nongkrong yang asik, tentu saja pilihannya adalah Clarke Quay.

Clarke Quay atau daerah River Side merupakan tempat nongkrong oke dengan berbagai bar, restaurant, club, yang berjajar disamping sungai besar.
Di sana bebas mau belanja di Central Mall, makan malam mewah, naik kapal menyusuri sungai sampai Patung Singa, hingga duduk-duduk lucu pinggir sungai sambil makan eskrim seharga 3 SGD. Dan bagi yang pengin iseng, bisa coba ramalan dari mesin tarot berbentuk madam-madam menyeramkan hanya dengan 1 SGD saja. 😀
Karena masih hujan gue memutuskan untuk nongkrong di bar pinggir sungai sambil selonjorin kaki melepas lelah setelah seharian jalan kaki.

Dan malam minggu kali ini, gue habiskan dengan gerimis di Clarke Quay. 🙂

20130122-071628 PM.jpg

20130122-071732 PM.jpg

20130122-071808 PM.jpg

20130122-071900 PM.jpg

20130122-072233 PM.jpg

20130122-072131 PM.jpg

20130122-072105 PM.jpg

20130122-072152 PM.jpg

20130122-072212 PM.jpg

20130122-072307 PM.jpg

Rest Area Changi

Wohoo…!
Berkat doa kalian gue udah mendarat dengan selamat di Changi.
Gue tadi naik value air buat pertama kalo dan menurut gue, dengan harga tiket murah dan pelayanannya, Value air berhak dapat nilai 8! *tepuk tangan*
Kenapa?
1. Tepat waktu.
Pesawat dijadwalkan take off pukul 10 malam dan value air menepati janjinya.
2. Disiplin flight attendant & crew
Flight attendant disini cukup “galak” sama penumpang, misal cerewet minta penumpang mengencangkan sabuk pengaman atau meminta penumpang menaruh tas di bawah kursi (walaupun tasnya kecil). Buat gue hal itu bagus, karena mereka reliable dalam pekerjaanya sehingga keteledoran dihatapkan bisa minimal.
3. Dapat snack berupa roti.
Rata-rata penerbangan internasional memberikan snack, hanya kadang ada yang pelit banget ngasihnya cuma kacang atom sebungkus kecil, yang kalo kita beli sendiri di warung paling harganya 500 atau 1000 rupiah.
Tapi value air memberikan roti yang layan buat ganjal perut barang satu-dua jam.
4. Pendaratan yang mulus oleh pilot.
Gue selalu menilai kelihaian pilot berdasarkan cara landingnya. Kalau mulus berarti pilot jago, dan tadi gue bisa kasih nilai 8,5 buat pendaratan pilot.

Sesampainya di Changi konsentrasi langsung tertuju pada beberapa tempat :
1. Toilet (yang mudah ditemukan di setiap sudut Changi)
2. Air minum gratis (biasanya deket toilet) gue otomatis langsung isi botol minuman dengan air gratis itu. Lumayan cyin, di Singapore air mineral mahal, kurang lebih $2 sgd satu botol 800ml atau kalo kurs sekarang sekitar 18000 IDR sebotolnya (naluri mak-mak berbicara)
3. Rest area. Tempat ketiga ini yang gue sebut surga bagi backpacker kere macam gue. Ada banyak sofa buat duduk atau tidur, ada kursi panjang buat kita selonjorin kaki, ada TV kabel, PC yang terhubung internet, beberapa restoran atau tempat makan dan bagi perokok ada smoking room juga deket situ.

Rest area ini kabarnya terdapat di semua terminal di Changi, gue beberapa kali selalu di rest area terminal 1 Changi.
Ada juga tempat charge HP berupa loker-loker kecil dilengkapi dengan kunci untuk keamanan.
Oh iya, bagi yang ga kebagian kursi panjang atau sofa jangan khawatir, kalian masih bisa tidur di pojokan
ruangan karena semua tempat dilapisi karpet tebal.
Dan bagi yang kakinya pegal-pegal, Changi menyediakan banyak kursi pijat elektrik yang tentu saja gratis. 😀

Satu lagi, di seluruh area Changi sudah dilengkapi free wifi, jadi dapat dipastikan kegiatan social media dan chat jalan terus.

Oke sudah pukul 01.45 waktu bagian Changi, gue mau tidur dulu.

Will catch you in few hours. 🙂

20130119-014931 AM.jpg

20130119-014952 AM.jpg

20130119-015004 AM.jpg

20130119-015023 AM.jpg

20130119-015119 AM.jpg

20130119-015208 AM.jpg

20130119-015257 AM.jpg

Win-Win Solution Executive Lounge

ini teh tarik favorit, selain teh tarik, kopinya juga oke
ini teh tarik favorit, selain teh tarik, kopinya juga oke

Kembali Singapore!
Ini perjalanan ke-empat gue ke Singapore dalam setahun terakhir.
Tentu saja disebabkan impulsive dalam memesan tiket karena promo penerbangan.
Gue dapat tiket PP promo Jakarta – Singapore hanya dengan 690k IDR sajah! Berangkat jumat malam dan pulang minggu pagi. 😀

Berhubung Jakarta sedang banjir dimana-mana, berangkat ke bandara gue majuin. Sekitar 4.30 sore gue udah nangkring di Mercy 330 ke bandara.
(Mercy 330 = Mercy dengan 3 pintu 30 kursi alias Damri :D)
Padahal, jadwal terbang baru pukul 10 malam (kalau tidak delay).

Selama perjalanan, lalu lintas banyak tersendat karena banjir dimana-mana.
Dari atas flyover Taman Anggrek (bener ga ga namanya) gue bisa lihat kampung-kampung yang terendam banjir, dari mulai selutut, sepinggang, sedada… Oke ulang, mari menggunakan satuan yang lebih universal 30 cm, 50 cm, 100cm dan 120 (ukuran kira-kira karena ga bawa penggaris buat mengukur).

Sampai di terminal 2D Soekarno Hatta, gue langsung liat ada cahaya menyilaukan.. Gue pikir itu mukjizat sore ini, ternyata cahaya itu berasal dari kepala temen gue (yang memang kepalanya mengkilap) sebut saja Arias (sepertinya nama sebenarnya), waktu baru pukul 6.30 dan kami memutuskan untuk masuk saja.

Melihat jadwal check in yang baru dibuka pukul 8 malam sedangkan kami tiba pukul 6.30, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di executive lounge. Permasalahan selanjutnya adalah : untuk menunggu di executive lounge, kami harus membawa boarding pass, sedangkan boarding pass baru dapat ditukar jam 8. *mbulet*

Akhirnya dengan wajah memelas kami datang ke check in counter dan si Arias meminta mbak petugas untuk dapat tukar boarding pass duluan agar dapat lewat imigrasi.

Begitu masuk pemeriksaan imigrasi, muncul pertanyaan selanjutnya.. Mana lounge yang bisa menerima kartu-kartu kami? Karena Arias punya kartu kredit platinum Bank A dan gue hanya punya kartu platinum Bank B. permasalahannya.. Tidak ada lounge yang menerima kedua kartu tersebut, jadi hanya salah satu dari kami yang dapat masuk.
Pilihannya ada dua (berasa teka-teki ya bok) 1. Pisah lounge atau 2. Tidak masuk lounge.
Dan untuk kemaslahatan bersama, akhirnya kami memilih untuk tidak masuk lounge dan makan di restoran dalam bandara.

Pilihan dijatuhkan pada Old Town coffee yang punya teh tarik dan kopi putih paling enak sedunia (lebay atau memang kurang referensi).

Begitu masuk old town coffee, kami pun duduk terpisah karena Arias mau duduk di smoking room dan gue duduk di non smoking area. Jadi intinya kami tetep aja duduk terpisah.
KAMPRET TAU GITU KAN DUDUK DI LOUNGE SENDIRI-SENDIRI AJA GITU?!

Oke sementara cukup. Lanjut nanti kalau sampai di Changi. *kiss*

20130118-080405 PM.jpg

20130118-080426 PM.jpg

Kemana pergi saat patah hati?

Jawabannya adalah Singapura.

Setidaknya itu jawaban gue saat orang-orang bertanya, mengapa aku pergi kesana? untuk tujuan apa?

Pertengahan tahun 2011, gue mengalami patah hati. Tidak sampai mebuatku ingin mengakhiri hidup, namun cukup menggerakkanku untuk mencari distraksi.

Disaat yang sama, aku mendapakan tiket promo pesawat untuk sekali terbang ke Singapura, hanya Rp 250.000,- dengan menggunakan maskapai penerbangan Air Asia.

Berangkat bersama seorang sahabat, kami berdua mengalihkan perih hati dengan mencari tawa di negri seberang.

Penerbangan pagi pada hari Sabtu pukul 6.30 WIB, sampai di Bandara Changi kami langsung membeli kartu perdana lokal Singapura agar kami dapat selalu eksis di social media dan BBM selama berada di Singapura. Perdana yang kami beli seharga $28 Singapore dengan akses layanan blackberry full service selama tiga hari.

Perjalanan dilanjutkan dengan naik MRT menuju hotel hostel bagi para backpacker di kawasan Little India.

Nama Hostelnya InnCrowd Hotel, lokasi hostel yang sangat dekat dengan stasiun MRT Little India dan tempat yang lumayan bersih membuat kami memutuskan untuk menginap disana.

kami menyewa satu dormitory room, sebuah kamar dengan kira-kira 18 tempat tidur dengan harga $20 Singapore/orang/malam. Hostel tersebut menyediakan fasilitas selimut, handuk, dan sarapan pagi. Sebaiknya sudah reservasi kamar dari jauh-jauh hari karena hostel tersebut selalu penuh, terutama saat weekend.

Sampai di hostel kami belum dapat check in karena waktu check in pada pukul 12 siang, namun si pemilik hostel berbaik hati menawari kami sarapan berupa telur rebus dan roti bakar dengan selai ditambah teh atau kopi sepuasnya.

Dan karena hostel, maka sarapan bikin sendiri ya.. pihak hostel hanya menyediakan bahan mentah (kecuali telur) dan air panas. Tapi itupun cukup untuk membuat perut kekenyangan. InnCrowd Hostel For Backpacker

disediakan wifi dan dua PC dengan akses internet gratis yang bisa dimanfaatkan tamu dimana saja. Bule berbaju hijau itu jadi target lirikan gue selama disana :D
disediakan wifi dan dua PC dengan akses internet gratis yang bisa dimanfaatkan tamu dimana saja. Bule berbaju hijau itu jadi target lirikan gue selama disana 😀
selain sofa, ada juga tempat untuk bermalas-malasan, pihak hostel menyediakan bantal ukuran raksasa dan beberapa bantal kecil buat tidur-tiduran disana
selain sofa, ada juga tempat untuk bermalas-malasan, pihak hostel menyediakan bantal ukuran raksasa dan beberapa bantal kecil buat tidur-tiduran disana

Hari pertama kami habiskan dengan berkeliling mall to mall dan ke Pulau Sentosa untuk menikmati hiburan Song of The Sea.

Perjalanan menggunakan MRT memakan biaya sekitar 1 hingga 3 dollar Singapore, karena harga makanan di Singapore cukup mahal bagi orang Indonesia, bagi yang ingin berhemat sebaiknya membawa botol air minum sendiri, air mineral ukuran botol kecil dijual seharga 1 – 2 dollar Singapore, kalo buat beli air mneral di Indonesia sudah kembung pasti :)).

Bagusnya, Singapore memberikan banyak lokasi untuk air minum gratis, jadi begitu melihat ada tempat minum gratis langsung diisi ulang saja botolnya #NgiritHore.

Di Singapore meraka membuat kebahagiaan mereka sendiri, seperti pantai buatan ini misalnya.kalau diIndonesia sih sudah banyak yang macam begini ya kalo msim hujan (itu banjir kali)
Di Singapore meraka membuat kebahagiaan mereka sendiri, seperti pantai buatan ini misalnya.
kalau diIndonesia sih sudah banyak yang macam begini ya kalo msim hujan (itu banjir kali)

Untuk menuju Sentausa Island, kami harus melewati Vivo city, slah satu public area cukup ramai di Singapore. Uniknya, disini terdapat pantai buatan yang biasa dimanfaatkan anakanak untuk bermain air.Padahal dengan luar negara sekecil itu, kalau mau ke pantai beneran juga deket.. dasar orang kaya. :p

harga tiket masuk Sentosa dengan menggunakan monorail $3 Singapore
harga tiket masuk Sentosa dengan menggunakan monorail $3 Singapore

Sampai di Sentosa kami langsung mengantri tiket Song Of The Sea, pertunjukan lampu dan air yang dibandrol dengan harga tiket $10 Singapore/ orang. Dan karena kami dapat jadwal pukul 8 malam, maka kami memanfaatkan waktu luang untuk berkeliling, foto, makan dan tiduran di rumput. (iyee beneran tiduran di rumput beralaskan peta Singapore) gembel banget yak gue. 😀

ga ada hibungannya sama iPhone, tapi kalau mau memacu adrenalin dengan "melayang-layang" di udara silakan mencoba permainan ini
ga ada hibungannya sama iPhone, tapi kalau mau memacu adrenalin dengan “melayang-layang” di udara silakan mencoba permainan ini
ini pertunjukan yang kami tunggu, seperti bioskop raksasa di pinggir laut. Bedanya, disini tidak menggunakan layar putih namu air.
ini pertunjukan yang kami tunggu, seperti bioskop raksasa di pinggir laut. Bedanya, disini tidak menggunakan layar putih namu air.

Hari Kedua kami manfaatkan dengan berkeliling kota, dimulai dari mall to mall hingga ke Clarke Quay, tempat nongkrong paling heitz di Singapore dimana cafe dan restoran berjajar sepanjang sungai.

Salah Satu sudut Clark Quay
Salah Satu sudut Clark Quay

;

;

ini mesin peramal, tinggal masukkan $2 Singapore dan dari perut si peramal akan keluar selembar kertas berisi ramalan paling mutakhir. Worth to try.
ini mesin peramal, tinggal masukkan $2 Singapore dan dari perut si peramal akan keluar selembar kertas berisi ramalan paling mutakhir. Worth to try.

Selain ke Clarke Quay kami juga sempat mengunjungi Toys Museum Singapore, harga tiket masuknya $15 Singapore, cukup mengembalikan kenangan masa kecil, karena banyak sekali mainan dan tokoh-tokoh kesayangan waktu kita kecil dulu, ga sedikit juga barang-barang koleksi yang langka dan harganya ratusan juta dipajang disini.

tetep narsis donk yaa
tetep narsis donk yaa
selain museum mainan, ada cafe juga di lantai dasar :D
selain museum mainan, ada cafe juga di lantai dasar 😀

Hampir lupa, selama di Singapore, pada saat itu sedang ada festival Depavali atau festival lampion, salah satu perayaan umat hindu disana. Dan karena kami tinggal di little India, pasti sangat terasa donk perayaan festival itu.

Mulai dari bazar, hiasan lampu di sepanjang perjalanan, hingga banyak orang India berlalu lalang (yaaa kalau ini jelas karena kebanyakan mereka tinggal disana)

Barang-barang disini bisa ditawar lho.. dan karena inifestival India kebanyakan barang-barang yang dijual ya yangmemenuhi kebutuhan warga India seperti dupa, lilin, baju, sesaji dsb.
Barang-barang disini bisa ditawar lho.. dan karena inifestival India kebanyakan barang-barang yang dijual ya yangmemenuhi kebutuhan warga India seperti dupa, lilin, baju,jajanan khas India sesaji dsb.

yang jelas, selama tiga hari kami di Singapore.. hati senang patah hati pun hilang. horeeeeee!

Foto-Foto dapat dilihat pada galery – klik untuk memperbesar.

sampai jumpa di postingan selanjutnya 🙂

;

;

Follow

Get every new post delivered to your Inbox

Join other followers: