From Kranji to River Side

Duh merasa bersalah banget karena gagal live-blogging buat postingan yang ini. Tapi yasudahlah.. Semoga postingan ini ga banyak yang terlewat.

Tidur bebas dan gratis kami di Changi terganggu karena pukul 4 pagi kami dibangunkan petugas Changi dan “diusir” keluar bandara. πŸ™
Entah peraturan sejak kapan, yang jelas mood gw jadi berantakan habis kejadian itu. Yaelah baru 2 jam gitu tidur, bangun-bangun udah diusir aje.
Jadi postingan gue sebelumnya diabaikan saja hiks.. Tidur gratis di rest area hanya diperbolehkan apabila kita ada connected flight alias sedang menunggu pesawat selanjutnya, yang jelas sekitar 20-30 orang diusir keluar bandara.

Setelah menunggu sekitar 2 jam diluar imigrasi (di luar imigrasi masih ada tempat makan dan starbuck 24 jam, jadi sembari menunggu MRT bisa bersantai sambil ngopi) kami langsung menuju terminal 2 untuk naik MRT menuju kota. MRT beroperasi dari jam 6 pagi sampai sekitar 11 malam.
Harga tiket juga bervariasi mulai dari 1-3 SGD sekali jalan, tergantung jarak.
Bagi yang sering ke Singapore akan lebih hemat beli MRT Card dengan harga 12 SGD yang bisa berlaku selama 5 tahun.

Dari Changi kami langsung menuju tempat menginap langganan gue, Inncrowd Hotel Backpacker yang terletak di daerah Little India yang sudah ada di beberapa postingan sebelumnya.

Dan mungkin emang “rejeki” gue, dari mulai mendarat di Singapore sampai mau balik ke Jakarta hujan deras mengguyur semua daerah di Singapore. Alhasil kami berangkat ke daerah Kranji dengan berpayung cantik.

Daerah Woodland, Kranji dan sekitarnya merupakan daerah utara Singapore, daerah yang cukup jarang dikunjungi oleh wisatawan, namun ga kalah menarik, karena daerah tersebut merupakan pusat industri dan apartment “pinggir”.
Daerah itu sering juga disebut “junkyard” karena banyak tempat yang menjual sparepart mobil kondisi bagus dengan harga murah.
Dari stasiun Little India, kami turun di stasiun Kranji. Berbeda dengan stasiun di kota, stasiun Kranji lebih mirip stasiun Tanah Abang, dengan kondisi lebih terawat dan bersih tentunya.
Karena daerah Kranji merupakan daerah utara yang dekat dengan perbatasan Malaysia, ga heran daerah tersebut cukup ramai dipenuhi antrian orang-orang yang hendak ke Malaysia naik bus.
Kami meneruskan perjalanan dengan naik Bus SMRT menuju Propel, tempat penjualan spare part mobil Eropa di Kranji Road No. 28.
Sampai disana kami disambut Jonathan, Sales Manager tempat tersebut.

Sebagai orang yang buta otomotif, gue bengong sendiri lihat berbagai mobil mewah yang di “mutilasi” dan diambil spare part-nya. Seperti misal mobil Jaguar, Mercy, Volvo, Audi, Ferrari, VW, Porsche, BMW, dsb. Kondisi mobil cenderung baru, umur sekitar 5-10 tahun.
Dan hal itu wajar karena pajak mobil yang berumur lebih dari lima tahun disana mahal bok..

Selesai antar temen belanja otomotif kami kembali ke kota mencari beberapa barang titipan teman-teman di Orchad, selama perjalanan di daerah Kranji, gue tetap heran, karena di daerah yang jauh dari perkotaan pun, sistem transportasi dan disiplin masyarakatnya tetap terjaga. Jalanan bersih dan rapi. πŸ™‚

Sampai di Orchad gue langsung berkeliling mall dengan mata buas seorang cewek melihat kata “sale” dimana-mana. Untung masih kuat iman, jadi ga tergoda diskon-diskon menyesatkan itu (padahal emang ga ada duit) πŸ˜€

Baru satu mall gue kelilingi (Ion Mall) gue udah kecapekan dan memutuskan untuk cari tempat makan dan nongkrong yang asik, tentu saja pilihannya adalah Clarke Quay.

Clarke Quay atau daerah River Side merupakan tempat nongkrong oke dengan berbagai bar, restaurant, club, yang berjajar disamping sungai besar.
Di sana bebas mau belanja di Central Mall, makan malam mewah, naik kapal menyusuri sungai sampai Patung Singa, hingga duduk-duduk lucu pinggir sungai sambil makan eskrim seharga 3 SGD. Dan bagi yang pengin iseng, bisa coba ramalan dari mesin tarot berbentuk madam-madam menyeramkan hanya dengan 1 SGD saja. πŸ˜€
Karena masih hujan gue memutuskan untuk nongkrong di bar pinggir sungai sambil selonjorin kaki melepas lelah setelah seharian jalan kaki.

Dan malam minggu kali ini, gue habiskan dengan gerimis di Clarke Quay. πŸ™‚

20130122-071628 PM.jpg

20130122-071732 PM.jpg

20130122-071808 PM.jpg

20130122-071900 PM.jpg

20130122-072233 PM.jpg

20130122-072131 PM.jpg

20130122-072105 PM.jpg

20130122-072152 PM.jpg

20130122-072212 PM.jpg

20130122-072307 PM.jpg

Rest Area Changi

Wohoo…!
Berkat doa kalian gue udah mendarat dengan selamat di Changi.
Gue tadi naik value air buat pertama kalo dan menurut gue, dengan harga tiket murah dan pelayanannya, Value air berhak dapat nilai 8! *tepuk tangan*
Kenapa?
1. Tepat waktu.
Pesawat dijadwalkan take off pukul 10 malam dan value air menepati janjinya.
2. Disiplin flight attendant & crew
Flight attendant disini cukup “galak” sama penumpang, misal cerewet minta penumpang mengencangkan sabuk pengaman atau meminta penumpang menaruh tas di bawah kursi (walaupun tasnya kecil). Buat gue hal itu bagus, karena mereka reliable dalam pekerjaanya sehingga keteledoran dihatapkan bisa minimal.
3. Dapat snack berupa roti.
Rata-rata penerbangan internasional memberikan snack, hanya kadang ada yang pelit banget ngasihnya cuma kacang atom sebungkus kecil, yang kalo kita beli sendiri di warung paling harganya 500 atau 1000 rupiah.
Tapi value air memberikan roti yang layan buat ganjal perut barang satu-dua jam.
4. Pendaratan yang mulus oleh pilot.
Gue selalu menilai kelihaian pilot berdasarkan cara landingnya. Kalau mulus berarti pilot jago, dan tadi gue bisa kasih nilai 8,5 buat pendaratan pilot.

Sesampainya di Changi konsentrasi langsung tertuju pada beberapa tempat :
1. Toilet (yang mudah ditemukan di setiap sudut Changi)
2. Air minum gratis (biasanya deket toilet) gue otomatis langsung isi botol minuman dengan air gratis itu. Lumayan cyin, di Singapore air mineral mahal, kurang lebih $2 sgd satu botol 800ml atau kalo kurs sekarang sekitar 18000 IDR sebotolnya (naluri mak-mak berbicara)
3. Rest area. Tempat ketiga ini yang gue sebut surga bagi backpacker kere macam gue. Ada banyak sofa buat duduk atau tidur, ada kursi panjang buat kita selonjorin kaki, ada TV kabel, PC yang terhubung internet, beberapa restoran atau tempat makan dan bagi perokok ada smoking room juga deket situ.

Rest area ini kabarnya terdapat di semua terminal di Changi, gue beberapa kali selalu di rest area terminal 1 Changi.
Ada juga tempat charge HP berupa loker-loker kecil dilengkapi dengan kunci untuk keamanan.
Oh iya, bagi yang ga kebagian kursi panjang atau sofa jangan khawatir, kalian masih bisa tidur di pojokan
ruangan karena semua tempat dilapisi karpet tebal.
Dan bagi yang kakinya pegal-pegal, Changi menyediakan banyak kursi pijat elektrik yang tentu saja gratis. πŸ˜€

Satu lagi, di seluruh area Changi sudah dilengkapi free wifi, jadi dapat dipastikan kegiatan social media dan chat jalan terus.

Oke sudah pukul 01.45 waktu bagian Changi, gue mau tidur dulu.

Will catch you in few hours. πŸ™‚

20130119-014931 AM.jpg

20130119-014952 AM.jpg

20130119-015004 AM.jpg

20130119-015023 AM.jpg

20130119-015119 AM.jpg

20130119-015208 AM.jpg

20130119-015257 AM.jpg

Win-Win Solution Executive Lounge

ini teh tarik favorit, selain teh tarik, kopinya juga oke
ini teh tarik favorit, selain teh tarik, kopinya juga oke

Kembali Singapore!
Ini perjalanan ke-empat gue ke Singapore dalam setahun terakhir.
Tentu saja disebabkan impulsive dalam memesan tiket karena promo penerbangan.
Gue dapat tiket PP promo Jakarta – Singapore hanya dengan 690k IDR sajah! Berangkat jumat malam dan pulang minggu pagi. πŸ˜€

Berhubung Jakarta sedang banjir dimana-mana, berangkat ke bandara gue majuin. Sekitar 4.30 sore gue udah nangkring di Mercy 330 ke bandara.
(Mercy 330 = Mercy dengan 3 pintu 30 kursi alias Damri :D)
Padahal, jadwal terbang baru pukul 10 malam (kalau tidak delay).

Selama perjalanan, lalu lintas banyak tersendat karena banjir dimana-mana.
Dari atas flyover Taman Anggrek (bener ga ga namanya) gue bisa lihat kampung-kampung yang terendam banjir, dari mulai selutut, sepinggang, sedada… Oke ulang, mari menggunakan satuan yang lebih universal 30 cm, 50 cm, 100cm dan 120 (ukuran kira-kira karena ga bawa penggaris buat mengukur).

Sampai di terminal 2D Soekarno Hatta, gue langsung liat ada cahaya menyilaukan.. Gue pikir itu mukjizat sore ini, ternyata cahaya itu berasal dari kepala temen gue (yang memang kepalanya mengkilap) sebut saja Arias (sepertinya nama sebenarnya), waktu baru pukul 6.30 dan kami memutuskan untuk masuk saja.

Melihat jadwal check in yang baru dibuka pukul 8 malam sedangkan kami tiba pukul 6.30, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di executive lounge. Permasalahan selanjutnya adalah : untuk menunggu di executive lounge, kami harus membawa boarding pass, sedangkan boarding pass baru dapat ditukar jam 8. *mbulet*

Akhirnya dengan wajah memelas kami datang ke check in counter dan si Arias meminta mbak petugas untuk dapat tukar boarding pass duluan agar dapat lewat imigrasi.

Begitu masuk pemeriksaan imigrasi, muncul pertanyaan selanjutnya.. Mana lounge yang bisa menerima kartu-kartu kami? Karena Arias punya kartu kredit platinum Bank A dan gue hanya punya kartu platinum Bank B. permasalahannya.. Tidak ada lounge yang menerima kedua kartu tersebut, jadi hanya salah satu dari kami yang dapat masuk.
Pilihannya ada dua (berasa teka-teki ya bok) 1. Pisah lounge atau 2. Tidak masuk lounge.
Dan untuk kemaslahatan bersama, akhirnya kami memilih untuk tidak masuk lounge dan makan di restoran dalam bandara.

Pilihan dijatuhkan pada Old Town coffee yang punya teh tarik dan kopi putih paling enak sedunia (lebay atau memang kurang referensi).

Begitu masuk old town coffee, kami pun duduk terpisah karena Arias mau duduk di smoking room dan gue duduk di non smoking area. Jadi intinya kami tetep aja duduk terpisah.
KAMPRET TAU GITU KAN DUDUK DI LOUNGE SENDIRI-SENDIRI AJA GITU?!

Oke sementara cukup. Lanjut nanti kalau sampai di Changi. *kiss*

20130118-080405 PM.jpg

20130118-080426 PM.jpg

Banjir Jakarta

Jakarta, 18 Januari 2013.
Awal tahun yang berat, pada bulan pertama tahun ini, ibu kota kesayangan kami dilanda banjir.

Bermula dari derasnya hujan sejak tanggal 17 Januari dini hari, pagi-pagi hue berangkat ke kantor dan kaget, begitu keluar dari lobby hotel melihat hujan turun sangat deras, saat itu gue yakin tak lama lagi jalanan akan macet dan mungkin banjir.
Selesai sarapan gue berangkat ke kantor yang hanya berjarak sekitar 8 km dari hotel. Hujan deras membuat jarak pandang terbatas dan jalanan padat karena banyak yang melambatkan kendaraan, ditambah rata-rata orang ajan memilih taxi atau membawa mobil sendiri saat hujan seperti itu.

Sampai di kantor masih sepi, padahal sudah jam masuk kantor. Ternyata temen-temen terlambat terjebak banjir.
Begitu menyalakan TV, kaget.. Banjir sudah dimana-mana dan ketinggian air rata-rata 40-50 cm.

Sampai siang hujan masih deras, dan walaupun tidak sederas pagi harinya, banjir makin meluas di berbagai tempat.

Foto-foto banjir mulai bermunculan di twitter maupun di social media lain.
Panik dimulai. Kantor-kantor banyak yang meliburkan karyawan, sebagian lagi dipulangkan lebih cepat.
Lokasi yang terkena banjir langsung diadakan evakuasi bagi korban-korban yang terjebak. Dalam waktu kurang dari 24 jam, Jakarta lumpuh.

Karena takut terjebak banjir atau tidak dapat kendaraan pulang, gue dan beberapa teman memutuskan pulang lebih awal dari biasanya.

Setelah lama menunggu taxi, tak ada satupun yang mau mengantar ke kosan. Akhirnya, naik kopaja yang ternyata kami harus diberhentikan di tengah jalan karena jalanan ditutup.

Sore itu, gue dan beberapa teman kantor resmi jalan kaki hingga kosan.

Jalan Sudirman nampang lengang, akses jalan ditutup sehingga jalanan lebih sepi dari saat car free day.
Meskipun begitu, kondisi jalan sudah kering dan dengan cuaca yang mendung gue merasa seandainya saat itu bukan suasana banjir, pasti sore itu jadi salah satu sore favorit di Jakarta.

Iseng menanyakan kabar pada seorang teman, secara mengejutkan dia seharian berkeliling naik sepeda keliling kota lihat banjir.
*kurang kerjaan/iseng/memang kepo sama keadaan* πŸ˜€

Gue sendiri baru mengalami banjir separah itu di Jakarta. Hari ini hari kedua, air masih banyak menggenang dimana-mana, beberapa ruas jalan masih tidak dapat dilalui, camp-camp pengungsian telah didirikan, berbagai sumbangan dan bantuan datang.

Gue sendiri akan terbang ke Singapore malam ini, bukan melarikan diri, namun karena sudah dijadwalkan jauh-jauh hati.

Meski begitu gue berdoa semoga Jakarta akan segera membaik.

Tersenyum dan tetaplah kuat Jakarta.
Gue yakin ini adalah salah satu proses untuk Jakarta yang lebih baik. Semoga setelah ini, kesadaran masyarakat dan pemerintah akan bahaya banjir lebih tinggi lagi, sehingga bencana serupa dapat dihindari kedepannya.

πŸ™‚

20130118-023814 PM.jpg

(Foto diambil dari kiriman teman di group chat)

Kemana pergi saat patah hati?

Jawabannya adalah Singapura.

Setidaknya itu jawaban gue saat orang-orang bertanya, mengapa aku pergi kesana? untuk tujuan apa?

Pertengahan tahun 2011, gue mengalami patah hati. Tidak sampai mebuatku ingin mengakhiri hidup, namun cukup menggerakkanku untuk mencari distraksi.

Disaat yang sama, aku mendapakan tiket promo pesawat untuk sekali terbang ke Singapura, hanya Rp 250.000,- dengan menggunakan maskapai penerbangan Air Asia.

Berangkat bersama seorang sahabat, kami berdua mengalihkan perih hati dengan mencari tawa di negri seberang.

Penerbangan pagi pada hari Sabtu pukul 6.30 WIB, sampai di Bandara Changi kami langsung membeli kartu perdana lokal Singapura agar kami dapat selalu eksis di social media dan BBM selama berada di Singapura. Perdana yang kami beli seharga $28 Singapore dengan akses layanan blackberry full service selama tiga hari.

Perjalanan dilanjutkan dengan naik MRT menuju hotel hostel bagi para backpacker di kawasan Little India.

Nama Hostelnya InnCrowd Hotel, lokasi hostel yang sangat dekat dengan stasiun MRT Little India dan tempat yang lumayan bersih membuat kami memutuskan untuk menginap disana.

kami menyewa satu dormitory room, sebuah kamar dengan kira-kira 18 tempat tidur dengan harga $20 Singapore/orang/malam. Hostel tersebut menyediakan fasilitas selimut, handuk, dan sarapan pagi. Sebaiknya sudah reservasi kamar dari jauh-jauh hari karena hostel tersebut selalu penuh, terutama saat weekend.

Sampai di hostel kami belum dapat check in karena waktu check in pada pukul 12 siang, namun si pemilik hostel berbaik hati menawari kami sarapan berupa telur rebus dan roti bakar dengan selai ditambah teh atau kopi sepuasnya.

Dan karena hostel, maka sarapan bikin sendiri ya.. pihak hostel hanya menyediakan bahan mentah (kecuali telur) dan air panas. Tapi itupun cukup untuk membuat perut kekenyangan. InnCrowd Hostel For Backpacker

disediakan wifi dan dua PC dengan akses internet gratis yang bisa dimanfaatkan tamu dimana saja. Bule berbaju hijau itu jadi target lirikan gue selama disana :D
disediakan wifi dan dua PC dengan akses internet gratis yang bisa dimanfaatkan tamu dimana saja. Bule berbaju hijau itu jadi target lirikan gue selama disana πŸ˜€
selain sofa, ada juga tempat untuk bermalas-malasan, pihak hostel menyediakan bantal ukuran raksasa dan beberapa bantal kecil buat tidur-tiduran disana
selain sofa, ada juga tempat untuk bermalas-malasan, pihak hostel menyediakan bantal ukuran raksasa dan beberapa bantal kecil buat tidur-tiduran disana

Hari pertama kami habiskan dengan berkeliling mall to mall dan ke Pulau Sentosa untuk menikmati hiburan Song of The Sea.

Perjalanan menggunakan MRT memakan biaya sekitar 1 hingga 3 dollar Singapore, karena harga makanan di Singapore cukup mahal bagi orang Indonesia, bagi yang ingin berhemat sebaiknya membawa botol air minum sendiri, air mineral ukuran botol kecil dijual seharga 1 – 2 dollar Singapore, kalo buat beli air mneral di Indonesia sudah kembung pasti :)).

Bagusnya, Singapore memberikan banyak lokasi untuk air minum gratis, jadi begitu melihat ada tempat minum gratis langsung diisi ulang saja botolnya #NgiritHore.

Di Singapore meraka membuat kebahagiaan mereka sendiri, seperti pantai buatan ini misalnya.kalau diIndonesia sih sudah banyak yang macam begini ya kalo msim hujan (itu banjir kali)
Di Singapore meraka membuat kebahagiaan mereka sendiri, seperti pantai buatan ini misalnya.
kalau diIndonesia sih sudah banyak yang macam begini ya kalo msim hujan (itu banjir kali)

Untuk menuju Sentausa Island, kami harus melewati Vivo city, slah satu public area cukup ramai di Singapore. Uniknya, disini terdapat pantai buatan yang biasa dimanfaatkan anakanak untuk bermain air.Padahal dengan luar negara sekecil itu, kalau mau ke pantai beneran juga deket.. dasar orang kaya. :p

harga tiket masuk Sentosa dengan menggunakan monorail $3 Singapore
harga tiket masuk Sentosa dengan menggunakan monorail $3 Singapore

Sampai di Sentosa kami langsung mengantri tiket Song Of The Sea, pertunjukan lampu dan air yang dibandrol dengan harga tiket $10 Singapore/ orang. Dan karena kami dapat jadwal pukul 8 malam, maka kami memanfaatkan waktu luang untuk berkeliling, foto, makan dan tiduran di rumput. (iyee beneran tiduran di rumput beralaskan peta Singapore) gembel banget yak gue. πŸ˜€

ga ada hibungannya sama iPhone, tapi kalau mau memacu adrenalin dengan "melayang-layang" di udara silakan mencoba permainan ini
ga ada hibungannya sama iPhone, tapi kalau mau memacu adrenalin dengan “melayang-layang” di udara silakan mencoba permainan ini
ini pertunjukan yang kami tunggu, seperti bioskop raksasa di pinggir laut. Bedanya, disini tidak menggunakan layar putih namu air.
ini pertunjukan yang kami tunggu, seperti bioskop raksasa di pinggir laut. Bedanya, disini tidak menggunakan layar putih namu air.

Hari Kedua kami manfaatkan dengan berkeliling kota, dimulai dari mall to mall hingga ke Clarke Quay, tempat nongkrong paling heitz di Singapore dimana cafe dan restoran berjajar sepanjang sungai.

Salah Satu sudut Clark Quay
Salah Satu sudut Clark Quay

;

;

ini mesin peramal, tinggal masukkan $2 Singapore dan dari perut si peramal akan keluar selembar kertas berisi ramalan paling mutakhir. Worth to try.
ini mesin peramal, tinggal masukkan $2 Singapore dan dari perut si peramal akan keluar selembar kertas berisi ramalan paling mutakhir. Worth to try.

Selain ke Clarke Quay kami juga sempat mengunjungi Toys Museum Singapore, harga tiket masuknya $15 Singapore, cukup mengembalikan kenangan masa kecil, karena banyak sekali mainan dan tokoh-tokoh kesayangan waktu kita kecil dulu, ga sedikit juga barang-barang koleksi yang langka dan harganya ratusan juta dipajang disini.

tetep narsis donk yaa
tetep narsis donk yaa
selain museum mainan, ada cafe juga di lantai dasar :D
selain museum mainan, ada cafe juga di lantai dasar πŸ˜€

Hampir lupa, selama di Singapore, pada saat itu sedang ada festival Depavali atau festival lampion, salah satu perayaan umat hindu disana. Dan karena kami tinggal di little India, pasti sangat terasa donk perayaan festival itu.

Mulai dari bazar, hiasan lampu di sepanjang perjalanan, hingga banyak orang India berlalu lalang (yaaa kalau ini jelas karena kebanyakan mereka tinggal disana)

Barang-barang disini bisa ditawar lho.. dan karena inifestival India kebanyakan barang-barang yang dijual ya yangmemenuhi kebutuhan warga India seperti dupa, lilin, baju, sesaji dsb.
Barang-barang disini bisa ditawar lho.. dan karena inifestival India kebanyakan barang-barang yang dijual ya yangmemenuhi kebutuhan warga India seperti dupa, lilin, baju,jajanan khas India sesaji dsb.

yang jelas, selama tiga hari kami di Singapore.. hati senang patah hati pun hilang. horeeeeee!

Foto-Foto dapat dilihat pada galery – klik untuk memperbesar.

sampai jumpa di postingan selanjutnya πŸ™‚

;

;

Singapore – My first international business trip

Bicara tentang perjalanan Internasional pertama gue, tentu asja… seperti kebanyakan orang… destinasinya adalah negara tetangga Singapura.

Sampai blog ini ditulis, gue sudah tiga kali pergi ke Singapura, dan gue akan ceritakan satu-persatu.

Pertama kali untuk karena urusan kantor (ya tentu saja dibayari hihi), waktu itu kami benchmark ke LTA atau Land Transport Authority alias kantor pelabuhan Singapura.

Seperti yang banyak dari kita ketahui, Singapura merupakan salah satu negara pelabuhan, karena letaknya yang strategis, dan dilewati banyak kapal dari jaman neek moyang, ga heran Singapura jadi salah satu Negara dengan pelabuhan paling ramai.

Gue dan rombongan berangkat pukul 5.30 pagi menggunakan Singapore Airlines (yaaa namanya juga dibayari, boleh donk pilih yang mahal) Alhamdulillah, Puji Tuhan karena kantor jadi gue dapat merasakan nikmatnya terbang menggunakan maskapai penerbangan terbaik dunia tersebut.

selain pelayanan yang oke, flight attendant-nya juga oke loh.. *kedip*
selain pelayanan yang oke, flight attendant-nya juga oke loh.. *kedip*

Sesampainya di Bandara International Changi,gue dan rombongan langsung berfoto narsis di bandara dijemput oleh pemandu dan Bus tingkat Singapore yang kata pemandunya, hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja (lucky me). πŸ™‚

Jalananynag lengang dengan mobil tahun terbaru dan bebas sampah merupakan selalu jadi cita-cita penduduk Indonesia terutama Jakarta
Jalanan yang lengang dengan mobil tahun terbaru dan bebas sampah selalud jadi cita-cita penduduk Indonesia terutama Jakarta

Begitu sudah di dalam bus langsung jepret kanan kiri, dan berita tentang jalanan Singapura yang lengang, tertib dan bersih itu ternyata memang benar adanya (yaa menurut nganaa).. duh kapan ya Jakarta bisa kayak gini jalanannya (pembaca : PAS LEBARAAAAAN!!)

Kami langsung diantar ke LTA atau pelabuhan Singapura. Berbeda denganpelabuhan yang biasa gue lihat di Indonesia, LTA Singapura ini sungguh bsar, rapi, tertib, bersih dan tentu saja aman. Kita dapat menemukan peringatan keselamatan di setiap pos yang dilalui.

Sampai di kantor pusatnya, kami diajak untuk naik ke lantai 47 untuk mendengarkan presentasi singkat dari pihak LTA mengenai service di LTA. Tentu saja sisa waktunya gue habiskan dengan berfoto.

pemandangan laut dan gedung tinggi di Singapura dilihat dari lantai 47 LTA Singapore
pemandangan laut dan gedung tinggi di Singapura dilihat dari lantai 47 LTA Singapore

Dari lantai 47, desain bangunannya dibuat seperti aquarium dengan kaca super besar yang menjadi dinding gedung, sehingga kami dapat leluasa melihat pemandangan sekeliling kami.

masih di lantai 47 LTA Singapore
masih di lantai 47 LTA Singapore

di pelabuhan pun penataan kotanya sungguh menawan
di pelabuhan pun penataan kotanya sungguh menawan

Foto-foto lain dapat dilihat di akhir postingan ini.

Sebelum meninggalkan LTA Singapura, kami diajak berkeliling mengitari daerah pelabuhan. Bagi yang suka otomotif, pasti akan ngiler melihat berbagai mobil mewah yang berbaris di area pelabuhan, tentunya untuk didistribusikan ke Negara-negara tetangga. gue sempet berharap pulang dari sana dikasih tu mobil mewah satu-satu buat oleh-oleh (yakaleee).

Karena perjalanan hanya sehari, maka kami langsung menuju patung Merlion yang terkenal itu. katanya belum ke Singapura kalau belum berfoto dengan patung Merlion. Dan karena gue juga mau laporan ke orang tua dirumah kalau sudah sampai di Singapura, ya gue langsung ambil pose di dekat patung.

abaikan saja bapak-bapak yang ikut terfoto. rame cyin.. susah ngusir orang. :p
abaikan saja bapak-bapak yang ikut terfoto. rame cyin.. susah ngusir orang. :p

Dibelakang gue ada Marina Bay, yang jadi andalan Singapura juga. Dari atas Marina Bay terdapat kolam renang tertinggi yang dari sana kita bisa renang sambil melihat Singapura dari atas.

Yang namanya pergi rombongan, pasti ada ibu-ibu donk yaa.. dan pasti tak akan lengkap sebelum kampir ke Orchad road, pusat perbelanjaan di Singapura.

Disana dari ujung ke ujung dipenuhi mall-mall besar dengan barang-barang merk asli, kalo gue sih cuma liat-liat aja terus beli es krim dengan harga satu dolar Singapura yang banyak dijual di sepanjang Orchad Road.

Bagi yang tidak punya budget untuk belanja (baca : gue) maka Orchad Road ini menawarkan banyak spot seru utnuk berfoto alay, juga banyak tempat duduk agar bisa menikmati mas-mas bule ganteng yang lewat dengan seksama.

Gue juga ga tau kenapa gue pilih berpose di selangkangan patung ini. suerr ini ga sengaja.
Gue juga ga tau kenapa gue pilih berpose di selangkangan patung ini. suerr ini ga sengaja.
ceritanya gue barusan nabrak si om patung baju kuning ini... dimarahin deh.. T_T
ceritanya gue barusan nabrak si om patung baju kuning ini… dimarahin deh.. T_T

Nah, untuk perjalanan pertama gue ke Singapore ini karena dibiayai kantor jadi gue ga share tentang berapa duit yang dibutuhkan ke sana termasuk transportasi dan makan ya.. ya maklum gue aja ga tau berapa biayanya πŸ˜€ .

Cerita lain tentang Singapura akan gue ceritakan di postingan selanjutnya. See You!

First crush with Travel Troopers

Beberapa hari lalu gue diajak temen gue @arievrahman buat ketemu sama anak-anak Travel Troopers, yang katanya kumpulan orang-orang pecinta traveling, gue tertarik, siapa tau bisa nambah wawasan dan nambah kenalan yang sama-sama suka travel.
Begitu datang, gue langsung melihat banyak sekali anggota Travel Troopers yang datang, sekalian halal bi halal sehabis lebaran.
Banyak dari mereka yang sudah melanglang buana, ada yang baru balik dari keliling China, New Zealand & Australia, dan juga ada yang baru balik dari jalan-jalan lokal.
Acara dibuka dengan sharing dari salah seorang anggota yang baru saja menulis buku “Travel Writer” kemudian disusul sharing lain dari @arievrahman dan yang tak kalah seru sharing dari @pergidulu yang baru saja pulang dari bulan madu selama 2 bulan di Australia & New Zealand.
Acara juga disisipi kuis berhadiah merchandise, dan yang terakhir kejutan bagi salah satu anak Travel Troopers yang berulang tahun, yang bikin lucu, setelah diberi kue dan tiup lilin, si b’day boy dikerjai dengan diminta sharing pengalaman terakhirnya menggunakan bahasa Inggris.
Gue baru sekali ikut acara itu, tapi gue seneng, anaknya ramah-ramah, mungkin karena biasa bepergian dan bertemu orang asing, mereka jadi lebih terbuka dengan “orang baru”. Selain itu mereka nampak ceria, bersemangat dan awet muda. Kata Ariev “orang yanh sering traveling itu pasti awet muda, karena mereka selalu bahagia”
Setelah gue pikir-pikir ada benarnya juga. Kalau sudah hobi traveling, saat mereka jalan kemanapun pasti akan merasa senang, bebas stress, oleh katena itu kerutan di wajah akan hilang karena sering tersenyum dan tertawa. Hehe..

Gue harap gue bakal sering kumpul dengan orang-orang yang suka jalan, itung-itung nambah kenalan dan wawasan. Thank You Travel Troopers. πŸ™‚

20120909-085911 PM.jpg

20120909-085942 PM.jpg

20120909-090017 PM.jpg

Berlindung dibalik keindahan Tidung

Tidung adalah satu pulau di jajaran Kepulauan Seribu. Keistimewaannya adalah : walaupun lokasinya di Pantai Utara (Jawa), namun pantai di kawasan Pulau Seribu ini berpasir putih.

Perjalanan ke Tidung dalam rangka perpisahan ama temen-temen training gue di kantor. Setelah 4 bulan bersama dan ketemu setiap hari akhirnya harus dipisahkan juga oleh penempatan.

Gue bersama 4 begundal sudah menyewa tour selama perjalanan Ke Tidung, lazimnya memang orang yang maen ke Tidung itu akan menyewa tour agent, yang akan mengurusi transportasi, makan, dan penginapan dan akomodasi lain selama di Tidung.

Biaya selama 2 hari 1 malam berkisar antara Rp. 250.000 – Rp. 350.000 / orang, tergantung fasilitas dan tour agentnya.

Perjalanan kami dari Muara Angke yang penuh dengan bau ikan asin dan jalanan yang becek berlumpur, dari Muara Angke akan naik kapal selama Β±3,5-4 jam. Kapal berangkat pukul 6:00, tadinya gue pikir kami bakal dapat kapal ferry yang lumayan nyaman, ternyata salah. Gue ga ngerti jenis kapal apa yang gue naikin, yang jelas kapal kecil itu berjubel penuh penumpang baik yang ingin liburan maupun penduduk setempat yang biasanya berbelanja ke Jakarta.

Kalau melihat ini, yakilah bahwa gue bukan pesakitan yang siap dilempar ke laut.

Rata-rata penumpang akan naik di atas dek kapal, selain biar tidak berdesakan dengan ikan asin yang diletakkan di dalam lambung kapal, juga jaga-jaga apabila terjadi sesuatu hingga kapal tenggelam gampang lompatnya (ketok-ketok lantai). Pejalanan minimal 3,5 jam di atas laut memang ga senyaman apabila menggunakan jalur darat. Siap mabok laut, dan ga jarang pula saat ombak besar mesin kapal dimatikan (yang mana kalo belum terbiasa naik kapal seperti ini sangat menyeramkan).

Dari tempat parkir kapal / tempat turun pertama kali saja sudah terasa indahnya.

Waktu masih di tengah-tengah laut dan kami tidak melihat ada kapal lain / pulau / bahkan burung Camar, tiba-tiba langit mendung. Tentu saja hal yang gue takutkan saat itu adalah kena badai di tengah laut. Bayangkan kena badai di darat aja udah serem, ini di tengah laut ditambah kapal yang kecil dan pelampung tipis yang hanya berjumlah 5 biji. Nmaun untungnya hanya hujan dan sedikit angin saja yang datang, langsung gue lanjutkan tidur setelah hujan sedikit berhenti. Ga seberapa lama, gue tidur, tiba-tiba terdengar suara dari awak kapal “HOII!! KAPAL MIRING KE KANAN, SEMUANYA PINDA DUDUK KE SEBELAH KIRI!!” dengan jantung berasa mau copot akhirnya gue kebangun dan geser tempat duduk, dan memang benar kalau kapal miring ke kiri karena ombak besar dan kapal tidak seimbang beratnya. Mendekati Pulau Tidung cuaca berangsur cerah dan air juga tenang.

seorang pemuda gombal berkata : Sayang, apabila kamu langit maka aku lautnya… biru kita menyatu | menyatu apanya Bang?! langit ama laut kan jauh!! #kemudianPutus

Sesampainya di Dermaga Tidung, kami langsung disambut sama tour guide kami, diantarkan ke rumah yang kami sewa sambil membicarakan jadwal akan kemana saja nanti selama di Tidung.

Karena gue dan rombongan cuma menginap semalam, maka jadwal memang agak ketat, seketat celana Jins Vidi Aldiano. Begitu sampai di rumah mungil dengan fasilitas dua kamar, tv, ac, kamar mandi, dan bed nyaman di ruang tamu, kami langsung disambut oleh makanan yang disediakan si Empunya rumah, ikan (gue ga tau jenis ikannya, yang jelas enak karena ikan air laut) dengan sambal dan lalapan, pas buat mengisi perut kami yang sudah kelaparan sejak subuh. Tour guide mengatakan akan mengajak kami untuk snorkling pada pukul dua siang, sementara itu kami bebas beristirahat.

Karena sudah terkenal sebagai tempat wisata, penduduk Tidung ini cukup ramah dan tahu bahwa pengunung Pulau ini merupakan salah satu mata pencaharian mereka.

Pukul 2 siang, tour guide kami datang, kami diminta bersiap untuk segera ke kapal yang akan mengangkut kami ke tempat snorkling. Di rumah yang kami sewa juga sudah disediakan sepeda sebagai alat transportasi kemana-mana, pulau Tidung tidak terlalu besar, jadi sekalian olahraga gitu, pas mau jalan kami diributin salah seorang temen cowok (Sebut saja Koko) yang GA BISA NAIK SEPEDA DAN MINTA DIBONCENG. Kalo ada yang ga bisa naik motor gue masih maklum, namun kalau ga bisa naik sepeda kayaknya kebangetan, cowok pula, mana badannya gede trus siapa yang mau ngebonceng? Akhirnya tugas membonceng diputuskan dengan suit, yang kalah boncengin si Koko dengan badannya yang memel itu.

Kapal yang digunakan kapal nelayan kecil, cukup untuk 4-5 orang

Berbekal peralatan snorkling yang sudah disediakan oleh guide dari penginapan, kami dibawa dengan perahu motor kecil ke tengah laut, tempat dimana terumbu karang banyak berkumpul. Setelah dapat beberapa pengarahan dari tour guide kami pun segera masuk ke air buat lihat terumbu karang sekaligus memberi makan ikan. Hati-hati saat berenang di tempat yang banyak karang, kaki gue lecet-lecet karena (entah kenapa bisa) nabrak karang. Sayang sekali waktu itu ga ada yang bawa under water camera, adanya cuma under wear basah.

Kalo lihat ini gue malah berpikir kalo kami ini seperti korban bencana Titanic.

Setelah puas bermain-main dalam air dan hari juga sudah sore, kami pun segera kembali ke Pemukiman. Sore kami sempat mampir ke Jembatan cinta (katanya banyak yang jadian disini), ambil beberapa foto buat narsis. Di jembatan cinta tersebut juga digunakan sebagai ajang lompat indah oleh para amatir, biasanya orang-orang beradu keberanian dengan melompat dari atas jembatan itu. Gue ga tertarik, selain karena ga yakin bisa mengatasi panik saat melompat, gue ga lihat ada mas-mas penjaga pantai ganteng seperti dalam film baywatch (iye gue produk jadul).

Tolong fokusnya ke jembatan dan lautnya saja… jangan ke perut modelnya.

Sendirian aja neng?

Sorenya kami kembali ke penginapan naik sepeda, karena sudah maghrib. Pas perjalanan pulang gue sempet nyasar, temen-temen gue menghilang dan karena jarak dari pantai ke penginepan cukup deket gue santai aja menuju penginepan, sialnya setelah beberapa kali muter-muter ga jelas, gue baru nyadar kalau gue 100% nyasar, dan entah kenapa jalan apapun yang gue pilih, mentoknya ke daerah kuburan juga. Karena udah merinding dan putus asa, gue nanya-nanya ke penduduk yang jual rujak, waktu ditanya penginepan gue namanya apa dan di jalan apa gue panik. “njrit! gue ga tau rumah yang gue sewa di jalan apa dan siapa nama pemiliknya”

Akhirnya setelah mengingat beberapa tempat yang gue lewati, gue diantar sama si mbak penjual rujak buat cari rumah. Huhuhuu mbaknya baik banget, semoga bahagia selalu ya mbak.. Begitu sampai di belokan gang penginapan gue, gue ketemu temen-temen gue yang juga panik cariin sejak sejam yang lalu.

Malamnya kami makan malam ikan bakar di tepi pantai, sambil dihibur karaoke dangdut oleh si pemilik tempat makan, puas makan ikan kami kembali ke peninapan dan tidur nyenyak, karena paginya kami akan memburu sunrise di Tidung.

Karena iseng bisa muncul kapan saja, termasuk di Tidung

Paginya kami bersepeda kembali ke dermaga cinta dan berjalan menuju pulau di seberang Tidung, lokasinya asik buat berfoto ria, selebihnya menyenangkan buat pacaran (kalau bawa pacar). Puas foto-foto hingga siang kami kembali ke penginapan dan beberes pulang.

Saat perjalanan pulang, ternyata ombak lebih besar, kalau pas berangkat gue bisa tidur di perjalanan, pas baliknya gue sibuk berdoa. Berdoa biar kapal yang gue tumpangi ga terbalik diserang ombak besar, terlebih karena temen gue ada yang mimpi tenggelam malam harinya. Ternyaya akhir-akhir gue baru tau, kalau ombak pas balik dari Tidung ke Jakarta memang lebih besar dari sat berangkatnya. Untung gue slamet, bukan Eva *loh*.

Begitulah perjalanan Tidung, foto-foto selama disana gue posting di bawah yee..

Berjemur ala orang Indonesia : masih pakai baju lengkap

 

 

 

Menyusuri Green Canyon tanpa perlu terbang ke Amerika

salah satu dinding Cukang Taneuh atau yang biasa disebut Green canyon, kalau tidak banjir bisa lompat dari atas air terjun ini.

Sekitar dua atau tiga tahun lalu, gue bersama keluarga main ke rumah Saudara di Tasikmalaya.

Karena lokasi rumah saudara gue tidak banyak objek wisata, akhirnya Om gue mengajak ke Pantai Pangandaran, gue senang tentunya, karena setelah 20 tahun tinggal di Gunung, dan sudah bosan dengan hawa dingin, tiap kali mendengar kata pantai hati ini langsung bergemuruh (mengikuti suara ombak), selain penuh dengan air (ya iyalah pantai masak mau penuh batu) gue juga suka dengan pasir putih dan panas matahari.

Begitu sampai di Pantai Pangandaran gue sedikit kecewa, ternyata pantainya ga seperti yang gue harapkan. Pantai Pangandaran yang gue bayangkan hampir-hampir mirip dengan Pantai di daerah Uluwatu Bali ternyata sangat ramai! saking ramainya sampai gue ga bisa bedain yang mana pasir pantai dan yang mana manusia, hampir seluruh permukaan pantai tertutup warna-warni manusia yang entah berenang, berjemur, atau sekedar makan jagung sambil berendam (asli gue juga ga ngerti apa yang ada dalam pikiran orang ini, mungin saja dia merasa dirinya spongebob).

Akhirnya setelah sebentar berkeliling dan melihat-lihat situasi, om gue mengajak ke Green Canyon. Mendengar kata Green Canyon wajah gue sumringah hampir menangis terharu, ga ada angin ga ada hujan om gue mau bayarin kami sekeluarga ke Amerika sana. Namn 5 menit kemudian gue disadarkan, bahwa Green Canyon yang dimaksud om gue bukanlah Jajaran tebing berwarna hijau di Amerika sana, namun ternyata sebuah aliran sungai yang menembus gua (kira-kira seperti itu penggambarannya).

Dan selama perjalanan dari Pantai Pangandaran ke Green Canyon gue dapat banyak cerita dari Om, salah satunya Green Canyon itu sering disebut penduduk sekitar dengan nama Cukang Taneuh yang artinya jembatan tanah, karena konon terdapat jembatan yang terbuat dari tanah yang menghubungkan lembah dan jurang di daerah itu.

Sesampainga di Green Canyon / CT kami disambut aliran air sungai yang cukup besar, sayang sekali karena kedatangan kami pada saat musim penghujan, air sungaiyang biasanya berwarna hijau berubah menjadi coklat karena banjir, sehingga air sungai bercampur lumpur. Namun hal tersebut tidak mengurangi kenenangan di sana.

Dari sinilah perjalanan menelusuri sungai dan gua dimulai (abaikan yang narsis di depan)

Tiket masuk ke Green Canyon / CT dikenakan sebesar Rp. 12.500,- / orang, apabila ingin segera menyusuri sungai dan menikmati dinding stalaktit raksasa dapat langsung menyewa perahu dengan harga Rp. 57.000,- / perahu. Satu perahu dapat diisi hingga 6 orang, jadi apabila perginya ramai-ramai tentunya akan semakin murah (kecuali kalau rombongan pada ga mau bayar dan elo yang terpaksa mentraktir).

Walau tidak mendapat kesempatan untuk berenang (ada kesempatan pun belum tentu gue pakai karena gue takut buaya / biawak yang katanya masih sering bermunculan di sungai..hiiii) kami tetap menikmati perjalananan menyusuri sungai, apabila sudah dekat dengan lokasi, akan terlihat dinding-dinding stalaktit raksasa yang beberapa diantaranya dialiri air sehingga seperti banyak air terjun kecil di kanan kiri.

ini jasa tukang pijat spesial, setelah dipijat tamu akan didorong ke sungai untuk kemudian dijadikan santapan buaya
Selama perjalanan akan banyak berpapasan dengan rombongan lain, kalo lagi iseng bisa saling mencipratkan air ke rombongan lain.

Kata yang mengemudikan perahu, kalau sedang tidak banjir air di sungai berwarna biru kehijauan, saat itu yang terlintas di kepala gue adalah mungkin saja itu pipisnya Hulk, tapi lupakan. Dalam perahu ada dua orang pengunjung di luar keluarga gue, karena saat itu kami hanya berempat sedangkan perahu muat untuk 6 orang, yang naik adalah dua orang pemuda tanggung, dengan wajah lumayan manis namun pada saat diajak ngobrol rada ga nyambung. Seperti contoh : dia : “kerja dimana neng?” | gue : “masih kuliah kak” (padahal sudah lulus, cuma biar keliatan muda aja) | Dia: oh, kuliah dimana? | gue: “di Undip” | dia: “Undip itu Padjajaran?” | gue : *mengernyit* “engga, di Semarang” | Dia : “Semarang itu daerah Bandung juga?” | gue: *ceburin si cowok duduls biar Β berhenti nanya-nanya*.

Kalau begini berasa maen film Anaconda ya?
Bagi yang belum mandi boleh sekalian mandi besar disini.

Begitu sampai di ujung perjalanan, stalaktit makin rapat, dan diujung terdapat gua besar yang dihuni oleh banyak kelelawar. Begitu sampai di ujung, gue merasa seperti di dalam gua yang langit-langitnya sudah runtuh, air yang menetes dari stalaktit di kanan kiri makin memperkuat kesan menarik di CT ini.

Bagi yang ingin olahraga ekstrim, dapat melompat dari atas dinding-dinding ini.
Mulai masuk daerah ini, dinding makin merapat, dan luas sungai makin sempit.
ada yang berminat untuk rock climbing disini?

Demikian, sedikit cerita jalan-jalan di Cukang Taneuh alias Green Canyon milik Indonesia ini. Satu lagi, apabila musim sedang baik dan tidak banjir boleh mempersiapkan alat selam / snorkeling, karena ikan-ikan warna-warni banyak bermunculan apabila arus sedang tenang.